Rabu 10 Jan 2018 19:05 WIB

ESQ Gelorakan Gerakan Menulis Alquran

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) M Nuh dan Founder ESQ Ary Ginanjar Agustian dalam acara launching Wakaf Investasi Selamanya (WIS) dan gerakan Indonesia Menulis Al-Quran (IMA) di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (10/1).
Foto: Republika/Muhyiddin
Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) M Nuh dan Founder ESQ Ary Ginanjar Agustian dalam acara launching Wakaf Investasi Selamanya (WIS) dan gerakan Indonesia Menulis Al-Quran (IMA) di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (10/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Wakaf Bangun Nurani Bangsa (YWBNB) dan ESQ 165 menggolarakan gerakan Indonesia Menulis Al-Quran (IMA). Gerakan ini diluncurkan di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (10/1).

Pendiri ESQ, Ary Ginanjar Agustian mengatakan, gerakan menulis Alquran ini untuk menggelorakan agar umat Islam semangat lagi dalam menulis Alquran, sehingga akan membersihkan jiwa untuk berbuat maksiat.

"Selama ini kan gerakan menghafal, menggunakan mata dan menggunakan telinga. Tapi ini menghafal tapi dengan cara menuliskan. Dengan menuliskan maka tangannya akan merasa apunya tanggung jawab, kulitnya, tulangnya, dan itu akan mempengaruhi jiwa," ujar Ary saat ditemui Republika.co.id usai meluncurkan gerakan ini.

Dalam peluncuran gerakan ini, sekitar 100 alumni ESQ mencoba menuliskan surat Al Fatihah. Para peserta diberikan kertas surat Al Fatihah yang ditulis buram, kemudian peserta menuliskannya lagi.

Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis yang hadir dalam peluncuran gerakan ini sempat memeriksa hasil tulisan Al Fatihah yang ditulis salah satu peserta. Menurut dia, gerakan ini mengingatkannya pada kisah salah satu sahabat nabi Zaid bin Tsabit.

"Seringkali kita menghafal, tapi tak menulis. Ketika menulis terasa benar bagaimana Zaid bin Zabid saat itu menjadi penulis Alquran pada akhir Ramadhan untuk memastikan ayat-ayat Alquran," ujarnya.

Ia mengatakan, orang yang menghafal Alquran di Maroko dalam menyetorkan hasil hafalannya juga dalam bentuk tulisan. Setelah hafalannya ditulis, baru disesuaikan dengan tulisan asli Alquran. "Ini penting untuk memastikan yang dibaca itu benar. Kalau sudah ditulis baru diaesuaikan mana yang salah dan mana yang benar," katanya.

Kiai Cholil mengatakan, bahwa sebenarnya saat ini umat kembali kepada yang natural. Pada saat orang umat saat ini terjebak dalam dunia digital, sudah seharusnya mengenang kembali cara mempelajari Alquran dengan cara-cara tradisional.

Menurut dia, dengan menuliskan Alquran juga akan membuat ingatan menjadi kuat pada ayat-ayat Alquran. "Pada saat menulis membuat ingatan kita selalu kuat. Karena tulisan itu masuk dari otak kiri dan kanan," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement