REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagaimanakah hukum menjamak dan mengqasar sholat dalam perjalanan? Bagai ma na kah mengurus jenazah yang sesuai tuntunan Rasulullah? Bagaimanakah hukum puasa dalam perjalanan? Pakaian apa yang boleh dikenakan oleh seorang muhrim saat menunaikan ibadah haji? Bagai manakah jual beli yang sesuai ajaran Rasulullah dan jual beli macam apakah yang dilarang oleh Rasulullah?
Pertanyaan-pertanyaan di atas dan puluhan pertanyaan lainnya tentang hukum Islam memerlukan jawaban yang me ya kinkan dan menenteramkan umat Islam, yakni jawaban yang berlandaskan hadis sahih. Dan, berbicara mengenai hadis sahih maka derajat tertinggi adalah hadis sahih yang dise pakati oleh dua imam besar ahli hadis, yakni Imam Bukhari dan Imam Muslim. Maka, hadishadis hukum yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim merupakan landasan terbaik untuk mengambil keputusan hukum mengenai suatu permasalahan.
Umdatul Ahkam karya Al- Ha fizh al-Faqih Abdul Ghani al-Maqdisi al-Hambali (wafat 600 H) merupakan kitab yang berisi kumpulan hadis berkenaan dengan masalah hukum yang telah disepakati kesahihannya oleh Imam Bu khari dan Imam Muslim.
Baca juga : Kemenag Perpanjang Seleksi Imam Masjid untuk UEA
Kemuliaan kitab Umdatul Ah kam dan keberkahan yang terkandung di dalamnya sudah sangat jelas adanya. Kitab ter sebut telah menyebar luas di kalangan para ulama dan perhatian mereka terhadapnya ju ga sangat tampak, baik dalam penjelasan maupun dalam hal pengajar an, dari seluruh maz hab. Keinginan para penuntut ilmu dalam menghafal Umdatul Ahkam juga sangat kuat sehingga kitab ini dikategori kan sebagai penguat matan-matan hadis hukum.
Kitab yang sangat penting ini disyarah (diberi penjelasan dan catatan kaki) oleh Syekh Abdurrahman bin Nashir as- Sa’di. Syarah dan ta’liq dalam kitab tersebut merupakan penjelasan Syekh as-Sa’di yang di sampaikan dalam kajiannya di Masjid Jami’ Unaizah pada 1349 H. Unaizah merupakan salah satu kota di Saudi Arabia yang dijuluki “Kota Santri”. Kota ini merupakan kota kelahiran ulama-ulama besar, seperti Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di (1307H) dan Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (1347H).
Penjelasan Sye kh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di di masjid tersebut dicatat oleh salah satu murid senior beliau, yakni Syekh Abdullah bin Mu hammad al-Auhali. Itulah yang kemudian diterbitkan menjadi kitab Syarah Umdah Al-Ahkam dan oleh Penerbit Darus Sunnah Jakarta diindonesiakan dan diterbitkan dengan judul Sya rah Umdatul Ah kam (cetakan pertama, April 2012).
Adapun sistematika pembahasan hadis-hadis dalam kitab ini disajikan secara tematik fikih, meliputi thaharah (ber suci), jenazah, zakat, puasa, ha ji, jual beli, nikah, talak, li’an, dan radha (susuan). Selain itu, qishash, hudud, sumpah dan na zar, makanan, minuman, pa kai an, jihad, dan al-‘itqu (me mer dekakan) budak. Di bagian awal (mukadimah), buku ini juga dilengkapi dengan biografi mengenai Al-Hafizh Abdul Ghani al-Maqdisi, Syekh Abdurrahman as-Sa’di, dan Syekh Abdullah al-Auhali.
Baca juga : Rabithah Sarankan Kemenag Komunikasi dengan Calhaj yang Gagal Berangkat
Setiap pembahasan diawali dengan menuliskan hadis tersebut, lalu diberi penjelasan (syarah hadis). Pentahkik kitab ini, Anas bin Abdurrahman bin Abdullah bin Aqil menetapkan hadis-hadis matan yang disya rah—yaitu matan Umdatul Ah kam—di tempat-tempat yang sesuai dari kitab syarah tersebut dan menisbah kannya ke kitab Sha hih Al-Bukhari dan Shahih Muslim.
Membaca kitab syarah ini, sangat tampak semangat keilmuan Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, kecerdasan akal, ketelitian dalam beristinbat, kegigihannya dalam mencari dalil, keluasan ilmunya, semangatnya dalam mengurai ilmu-ilmu pengetahuan dan menjelaskannya kepada mu rid, baik secara ilmiah maupun tarbiah. Metode penyampaiannya jelas dan mudah dipahami, disertai dalil-dalil dan penarjihan yang matang, serta di sampaikan dengan metode yang bijak dan penuh hikmah.
Kitab syarah ini memiliki faedah-faedah fikih yang sa ngat banyak. Meskipun kitab ini sangat ringkas, tetapi terdapat banyak permasalahan fikih yang terkandung di dalam pembahasan hadis yang di syarah. Tak berlebihan kalau dika ta kan kitab ini lebih pantas di ka tegorikan ke dalam kitab fikih ketimbang ke dalam kitab syarah hadis. Kitab syarah ini sangat ber manfaat bagi para penuntut ilmu fikih pemula sebab mencakup ba nyak permasalahan fikih dan arahanarahan tarbiah.
Baca juga : Ahli: Wabah Hepatitis Akut Mungkin Dipicu Anjing atau Parasetamol
Yang tidak kalah pen tingnya, di dalam kitab syarah ini terdapat ba nyak penetapan kaidah dan peng hubung antara permasalahan-per masalahan fikih dan kaidah-kaidah fikih. Di dalam kitab ini juga terdapat penetapan tentang akidah yang kuat dan benar dengan uslub yang jelas dan dengan cara yang sangat baik.
Semua itu memudahkan bagi kaum Muslimin untuk mempelajari kitab ini, mengambil pelajaran, serta hikmah mengenai berbagai masalah hukum—baik ibadah maupun muamalah—berdasarkan hadishadis sahih yang disepakati Imam Bukhari dan Imam Muslim.