Selasa 16 Jan 2018 19:00 WIB

Diplomasi Ottoman di Cina

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Muslim Cina
Foto: Reuters
Muslim Cina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Turki Usmani (Ottoman) adalah kesultanan paling berpe ngaruh dalam sejarah Is lam. Pengaruh Ottoman tidak hanya sampai pada Eropa, tapi juga Asia Timur. Dengan wilayah kekuasaan yang luas, Ottoman me merlukan dukungan dari umat Islam seluruh dunia untuk menghadapi negaranegara Barat.

Sebagai strateginya membangun kekuatan dan dukungan di Asia, Ottoman yang saat itu dipimpin oleh Sultan Abdulhamid II mencoba men jalin hubungan dengan Muslim di Cina. Menteri Pertahanan Turki Ismail Enver Pasha (1881-1922) diutus ke Cina pada 28 April 1901.

Enver bersama istrinya seorang Austria, dua juru tulis, dua cendekiawan, dua tentara, dan seorang pe layan be rang kat dari Istanbul me lewati Iz mir, Alexandria, dan Laut Merah menuju Cina dengan menggunakan kapal uap Austria.

Setelah perjalanan panjang dan sulit, pada Mei 1901, rombongan Enver Pasha tiba di Pelabuhan Shanghai. Kabar keberangkatan Enver Pasha menuju Cina membuat perwa kilan Barat di Cina bertanya-tanya apa sebenarnya motif misi diplomatik Ottoman itu. Mereka menganggap, kunjungan Enver merupakan manuver untuk memper kuat kekuasaannya dengan cara membuat Muslim Cina masuk dalam pengaruhnya.

Setibanya di Cina, dengan bahasa Prancis yang lancar dan ga yanya yang bisa memengaruhi siapa saja, Enver Pasha berkata pada masyarakat Muslim dan perwakilan negara Barat bahwa kedatangannya adalah untuk menyampaikan pesan perdamaian dari Sultan Abdul Ha mid II dan mendeklarasikan Sultan Abdul Hamid II sebagai “Pemimpin Umat Islam”.

Perwakilan negara-negara Barat yang saat itu berkuasa di berbagai pelabuhan Cina menilai tujuan uta ma utusan Istanbul itu adalah untuk meraih simpati 50 juta-70 juta Muslim Cina, sebuah kelompok masyarakat yang cukup besar saat po pulasi Cina kala itu mencapai 500 juta.

Seperti surat duta besar Prancis un tuk Beijing ke Paris yang isinya ber nada kekhawatiran bahwa keha diran utusan Ottoman akan membang kitkan pergerakan Islam di daerah padat Muslim, seperti Guang xi, Guang zhou, dan Yunan, untuk me lawan kekuasaan Barat. 

Rombongan Enver Pasha menetap di Cina selama empat bulan. Enver tidak hanya menemui kelompok Muslim Cina di Shanghai, tapi juga mengunjungi Muslim di kota-kota lainnya. Rombongan Enver juga berpartisipasi dalam shalat Jumat bersama Muslim setempat dan membacakan khotbah atas nama Sultan Abdul Hamid II. 

Setelah lebih dari empat bulan tinggal di Cina, rombongan Enver mulai kekurangan dana. Rusia memanfaatkan ke adaan itu dengan memberikan bantuan. Tidak lama kemudian, Tsar Rusia Nicholas II mengundang Enver Pasha ke Rusia.

Atas izin Istanbul, Enver Pasha me ninggalkan Cina menuju Rusia un tuk memenuhi undangan Tsar Rusia. Walaupun terbilang singkat, kedatangan Enver Pasha telah membuka hubungan antara Kesultanan Turki Usmani dan Muslim Cina. 

Ottoman terus menjalin hubung an dengan Muslim Cina lewat pe ng iriman utusan berikut nya, Muhammad Ali. Diplomat yang fasih berbahasa Arab dan Inggris itu mencoba memikat hati ma syarakat Muslim Cina dengan memberikan bantuan keuangan dan kesempatan belajar agama ke Turki. Ali juga sempat menemui Imam Wang Haoren (1849-1919), salah satu cendekiawan Muslim Cina terkemuka dan pelopor mo der nisasi madrasahmadrasah di Cina.

Dialah orang pertama yang membuat kebudayaan dan bahasa Cina masuk dalam kurikulum pelajaran sekolah-sekolah Muslim yang sebelumnya hanya menawarkan pendidikan dalam bahasa Arab. Dalam sejarah Cina, ia dikenang sebagai “jembatan pemersatu”. 

Kepada Imam Wang, Ali menyam paikan maksud kedatangannya bahwa Kesultanan Turki Us mani berencana akan memodernisasikan pendidikan untuk kemajuan dunia Islam. Imam Wang pun sepakat dengan ide modernisasi pendidikan. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement