REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada ungkapan bahwa Nabi Muhammad SAW menyeru umatnya agar menuntut ilmu sampai ke Negeri China. "Tuntutlah ilmu walau sampai ke Negeri Cina," demikianlah.
Terlepas dari fakta bahwa perkataan itu bukanlah sebuah hadis, hubungan antara daulah Islam dan China tetaplah menarik diketahui. Seperti apakah keadaan Negeri Tirai Bambu pada era Rasulullah SAW hidup.
Pada zaman ketika Nabi Muhammad SAW masih ada di tengah umat Islam, negeri Cina sedang dikuasai Dinasti Tang (618-906). Penguasa Tang gemar membangun relasi bisnis dengan ribuan utusan dari barat negerinya, termasuk Arab dan Persia.
Mi Shoujiang dan You Jia dalam risalahnya, Islam in China menulis, selama 148 tahun sebanyak 37 orang utusan Arab mengunjungi pusat pemerintahan Dinasti Tang. Sejak kepemimpinan Kaisar Gaozong (meninggal 683) hingga Kaisar Dezong (meninggal 805), Dinasti Tang mengalami masa keemasan. Namun, pecahnya pemberontakan An-Shi (755-763) mulai melemahkan wangsa tersebut. Kudeta ini dipimpin Jenderal An Lushan yang mendaulat dirinya sebagai kaisar baru di Cina utara.
Pada masa itu, peradaban Islam direpresentasikan Dinasti Abbasiyah. Atas permintaan Kaisar Zongyun, Dinasti Abbasiyah membantu memadamkan pemberontakan An-Shi hingga tuntas. Sejumlah barak militer Abbasiyah berdiri sebagai hunian bagi tentara Muslim selama bertugas di wilayah Tang. Mereka kemudian banyak berinteraksi dengan penduduk lokal.