REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Zinedine Zidane seakan tidak mampu menutupi rasa putus asanya ketika timnya dipaksa menyerah 0-1 dari menjamu Villarreal. Kekalahan di Santiago Bernabeu itu semakin memperpanjang periode buruk Real Madrid musim ini dan Zidane belum mampu menemukan solusinya.
‘’Bola tidak mau masuk dan saya tidak bisa menjelaskannya,’’ kata Zidane selepas laga pada 13 Januari lalu tersebut.
Kondisi Madrid saat ini memang bertolakan seratus delapan puluh derajat dari torehan ciamiknya ketika memasuki musim kompetisi. Klub berjuluk Los Merengues itu menekuk Manchester United 2-1 untuk menggondol Piala Super Eropa. Lalu, lewat dua leg, Madrid membungkam musuh bebuyutan Barcelona guna meraih Piala Super Eropa. Skor agregatnya pun sangat meyakinkan: 5-1.
Dan jika ditarik ke musim sebelumnya, Madrid pun luar biasa karena menutup musim dengan membawa pulang piala Liga Champions dari rumput Cardiff. Skuat Zidane mempermalukan Juventus 4-1 di partai final. Dan, Madrid dua tahun sebelumnya juga sukses merebut trofi Liga Champions dengan menaklukan musuh sekota Atletico Madrid lewat adu penalti.
Zidane pun sukses membawa Madrid mengakhiri puasa gelar La Liga. Setelah lima musim gagal menjadi jawara domestik, Madrid musim lalu akhirnya bisa keluar sebagai juara La Liga Spanyol. Satu lagi yakni Madrid musim lalu berhasil menjuarai Piala Dunia Antarklub dan sukses mempertahankannya tahun ini.
Periode Buruk
Torehan ciamik tersebut membuat Madrid diyakini akan mulus melewati musim ini. Tapi, kondisi yang terjadi justru sebaliknya. Sempat mengawali musim dengan kemenangan telak 3-0 dari tuan rumah Deportivo La Coruna (3-0) pada 21 Agustus, Madrid ditahan imbang dalam dua laga kandang beruntun dari Valencia (2-2) dan Levante (1-1).
Madrid pun menelan kekalahan pertamanya musim ini pada 21 September. Ironisnya, kekalahan Madrid terjadi di Bernabeu dan oleh tim sekelas Real Betis.
Skuad Zidane menelan kekalahan keduanya selang sebulan kemudian. Dan, lagi-lagi Madrid dikalahkan oleh tim gurem. Kali ini Girona, tim promosi yang baru kali pertama tampil di La Liga sejak didirikan pada 1930, yang mengalahkan Madrid 2-1 ketika mereka menjamu sang juara bertahan di kandang mereka yang hanya berkapasitas 13.500 kursi.
Ekspresi kekecewaan Cristiano Ronaldo saat Real Madrid dikalahkan Villarreal.
Keterpurukan Madrid berlanjut saat bertandang ke markas Tottenham di laga grup Liga Champions pada awal November. Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan saat itu dipaksa membawa pulang kekalahan 1-3.
Isu pemecatan Zidane pun langsung menyeruak menyusul performa buruk timnya. Namun, Zidane saat itu memastikan kondisi timnya baik-baik saja. ‘’Inilah kehidupan dan saya yakin Madrid memiliki waktu untuk kembali ke penampilan terbaiknya. Saya tidak merasa khawatir dan tidak akan pernah merasa khawatir, apapun yang terjadi,’’ katanya.
Namun, selang dua setengah bulan kemudian, isu pemecatan Zidane kembali muncul menyusul kekalahan 0-1 dari menjamu Villarreal. Dan, Zidane kali ini mulai khawatir dengan penampilan timnya yang terus memburuk. ‘’Sangat sulit untuk bermain percaya diri. Kami memiliki banyak peluang. Tapi, di akhirnya kami tidak mampu mengantisipasi serangan balik,’’ katanya.
Frutasi Gol
Kekalahan tersebut membuat Madrid mendekat ke tepi Zona Degradasi dengan hanya terpaut 16 poin. Madrid sebaliknya semakin tertinggal jauh 19 poin dari Barcelona yang memimpin klasemen dengan 51 poin.
Kekalahan pekan lalu menjadi kekalahan kandang ketiga Madrid musim ini. Sebuah torehan buruk sejak Mei 2009 dimana Madrid saat itu menelan dua kekalahan kandang.
Madrid pun terancam terlempar dari posisi empat besar dengan hanya terpaut satu poin dari Villarreal yang berada di posisi kelima. Mereka terakhir kali menyelesaikan musim dengan menempati posisi di luar empat besar pada musim 1999-2000.
Madrid kini menempati posisi keempat dengan 32 poin dari 18 pertandingan. Dan, lagi-lagi ini torehan buruk sejak 2005-2006 dimana mereka saat itu meraih 30 poin dari 18 laga.
Produktivitas gol Real Madrid pun memburuk. Los Blancos, julukan Real Madrid, sebelumnya tercatat sebagai tim yang selalu mampu mencetak gol dalam 73 pertandingan berturu-turut. Namun, mereka kini gagal mencetak gol di empat laga dari tujuh pertandingan La Liga.
Madrid selama ini juga dikenal mampu mencetak gol injury time di lima menit terakhir pertandingan untuk menyelamatkan permainan buruknya. Pada musim lalu, Madrid di 14 laganya mampu mencuri gol di menit-menit terakhir pertandingan. Tapi musim ini Madrid tidak mampu melakukannya, sebaliknya tim lawan (Villarreal dan Real Betis) mampu membobol gawangnya di menit terakhir pertandingan.
Sang pemain bintang, Cristiano Ronaldo, pun mengalami musim paceklik gol. Dalam laga pekan kemarin, pemain berjuluk CR7 itu melepaskan 11 tembakan dan hanya empat menyasar target. Ia hanya mencetak 4 gol dari 83 tembakan dalam 13 pertandingan La Liga musim ini.
Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane pada laga el Clasico lawan Barcelona di Santiago Bernabeu, Sabtu (23/12).
Zidane tidak hanya menghadapi masalah mandulnya produktivitas timnya. Kondisi yang terus memburuk ini jelas mempengaruhi mental para pemainnya. Seperti dikatakan Zidane usai laga lawan Villarreal, Madrid sedang menghadapi masalah kurang percaya diri.
Laga tandang menghadapi Leganes di leg pertama perempat final Copa del Ray pada Kamis (18/1) malam waktu setempat nanti akan menjadi tantang bagi Zidane. Madrid tidak pernah mampu menjuarai Copa del Rey sejak 2013/2014 dan trofi itu satu-satunya yang belum mampu diraih Zidane sebagai pelatih Madrid.
Jika mampu menaklukan tuan rumah Leganes, Zidane tidak hanya akan mampu mendongkrak motivasi para pemainnya. Kemenangan atas Leganes sekaligus menjadi modal krusial untuk menghadapi tim Deportivo La Coruna di laga La Liga.
Namun jika gagal menjawab tantangan tersebut alias kalah, tidak tertutup kemungkinan Zidane akan didepak sebelum laga Liga Champions lawan PSG pada bulan depan. Zidane harus berkejaran dengan waktu. Karena, manajemen tentunya tidak ingin berlama-lama dengan kondisi Madrid yang terus memburuk ini.