REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengaku tidak puas dengan upaya Washington menghilangkan kekhawatiran Ankara terkait pembentukan pasukan perbatasan Suriah di perbatasan selatan,.
Amerika Serikat sebelumnya akan membantu pembentukan pasukan perbatasan baru berkekuatan 30 ribu tentara di Suriah, termasuk anggota petempur YPG Suriah-Kurdi.
Turki menganggap YPG kelompok teroris dan perpanjangan Partai Pekerja Kurdistan (PPK) yang terlarang dan melakukan pemberontakan tiga dasawarsa di wilayah tenggara.
Pada Rabu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu untuk menjelaskan masalah itu dan menyebut keadaan tersebut sebagai salah paham, salah tafsir.
"Kami menyuarakan ketidaknyamanan kami dalam pertemuan yang kami lakukan dengan Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri ... Namun, pernyataan Amerika Serikat tidak sepenuhnya memuaskan kami," kata Cavusoglu kepada CNN Turk, dalam wawancara.
"Ketidakpercayaan langsung kami terhadap Amerika Serikat berlanjut ... Kami perlu melihat langkah konkret dari Amerika Serikat," katanya.
Cavusoglu mengulangi peringatan Turki bahwa pihaknya akan melakukan intervensi secara militer di wilayah Afrin yang dikuasai Kurdi dan dekat dengan perbatasan Turki. "Kami akan melakukan intervensi di Afrin. Kami juga akan bergerak menuju ke timur sungai Efrat untuk melawan ancaman," kata Cavusoglu.
Turki dan Amerika Serikat, kedua sekutu di NATO, berada di sisi yang sama dalam sebagian besar perang sipil Suriah. Keduanya mendukung pemberontak yang berjuang untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Namun, keputusan Washington mendukung pasukan Kurdi, yang berperang melawan IS, membuat Ankara marah.
Sementara itu, Tentara Suriah bertekad untuk mengakhiri segala bentuk kehadiran Amerika Serikat di negara tersebut. Kementerian luar negeri Suriah mengecam pasukan perbatasan yang didukung Amerika Serikat sebagai "serangan terang-terangan" atas kedaulatannya.