Ahad 21 Jan 2018 07:32 WIB

Republik dan Demokrat Saling Tuduh Atas Shutdown AS

Penutupan pemerintah (shutdown) terakhir terjadi pada 2013.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Endro Yuwanto
Gedung Putih (Ilustrasi)
Foto: pictures17.blog.fc2.com
Gedung Putih (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tuduhan telah dimulai atas kegagalan Senat Amerika Serikat (AS) untuk mengeluarkan anggaran baru dan mencegah penutupan banyak layanan federal (shutdown). RUU untuk mendanai pemerintah federal pada beberapa pekan mendatang tidak menerima 60 voting suara yang disyaratkan pada batas akhir tengah malam Jumat (19/1).

Dilansir dari BBC, Sabtu (20/1) disebutkan bahwa Presiden AS Donald Trump menuduh Demokrat menempatkan politik di atas kepentingan rakyat AS. Demokrat menyalahkan Trump karena menolak proposal kompromi bipartisan.

Baik pemimpin kongres Republik dan Demokrat mengatakan mereka akan terus berbicara, dan kepala anggaran Gedung Putih telah menyatakan optimisme sebuah resolusi akan ditemukan sebelum Senin (22/1).

Tapi jika tidak, maka ratusan ribu pekerja federal menghadapi prospek tidak ada pekerjaan dan kantor yang tutup pada awal pekan. Penutupan pemerintah (shutdown) terakhir terjadi pada 2013 dan berlangsung selama 16 hari.

Anggaran AS harus disetujui pada 1 Oktober atau saat dimulainya tahun keuangan federal. Tapi Kongres sering gagal memenuhi tenggat waktu ini dan negosiasi berlanjut sampai tahun baru, dengan dana tahun sebelumnya. Agen federal pun diperluas untuk sementara.

Karena Kongres gagal menyetujui perpanjangan yang akan mempertahankan pendanaan pemerintah sampai 16 Februari, ini berarti banyak badan federal yang secara efektif ditutup untuk bisnis pada pukul 00.01, Sabtu (20/1) atau 05.01 GMT.

Sebagian besar staf di departemen perumahan, lingkungan, pendidikan, dan perdagangan akan tinggal di rumah pada hari Senin. Setengah dari pekerja di departemen perbendaharaan, kesehatan, pertahanan, dan transportasi juga tidak akan bekerja.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement