REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Salah satu ciri orang munafik adalah malas saat melakukan shalat berjamaah. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang mengisahkan, dua shalat yang paling berat bagi munafik adalah shalat Subuh dan shalat Isya.
Padahal, kata Rasulullah, jika mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya niscaya mereka akan mendatanginya meski merangkak. Di dalam QS al-Maun, Allah SWT pun mengecam orang-orang yang melalaikan shalatnya. Allah pun tak segan-segan mencelakai orang yang lalai dalam shalatnya.
Bukan hanya melalaikan shalat, orang munafik pun memiliki empat ciri yang disebutkan salah satu hadis nabi. Dalam satu hadis Abdullah bin Umar Ra berkata, Nabi SAW bersabda, "Ada empat dosa sifat yang jika seseorang memperlihatkan semua cirinya, dia sepenuhnya orang munafik. Jika dia punya salah satu ciri, dia dianggap memiliki unsur-unsur seorang munafik. Ciri-ciri itu adalah berkhianat, berdusta, ingkar janji, dan melampaui batas jika ada perbedaan pendapat. '' (HR Bukhari).
Pengkhianatan menjadi salah satu sifat jahat dalam diri manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khianat artinya perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan ingkar janji.
Jika merujuk pada definisi itu, banyak sekali sifat khianat dipertontonkan di negeri ini. Contoh sederhananya adalah khianat terhadap amanah yang diberikan rakyat.
Banyak calon pemimpin di negeri ini yang mengungkapkan seribu satu janji kampanye demi mendulang suara. Takjarang, kontrak politik pun ditekennya agar mendapat rasa percaya. Setelah terpilih, janji pun tinggal janji. Apa yang dikatakan saat kampanye jauh panggang dari api. Amanah suara rakyat pun dikhianati.
Janji sudah diingkari. Kisah pengkhianatan bisa dilihat dari Abdullah bin Ubay. Orang yang mengaku Islam, tetapi ke rap menjadi provokator di Madinah. Tokoh ini toleran terhadap kaum Musyrikin, tetapi menyembunyikan toleransinya terhadap kaum Muslimin.
Lainnya adalah dusta alias bohong. Berbohong dan menye barkan kabar kebohongan seolah sudah menjadi trendi negeri ini. Banyak sekali berita hoax yang dibagikan tanpa proses tabayun terlebih dahulu kepada si empunya peristiwa.
Dusta dalam konteks berita sangat merugikan. Allah SWT pun menyuruh kepada kaum mukminin untuk meneliti dan mengonfi rmasi berita yang datang kepadanya. Khususnya ketika berita itu datang dari orang fasik. Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasik datang kepada kalian de ngan mem- bawa suatu berita pen ting, tabayunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar ke bodohan, kemudian akhirnya ka lian menjadi menyesal atas per lakuan kalian. (al-Hujurat :6).
(Baca: Berhati-Hatilah pada Sifat Munafik)