REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia, KH Cholil Nafis mengimbau, organisasi masyarakat yang berumur muda tidak perlu baper alias bawa perasaan terkait pernyataan Kepala Kepolisian RI Tito Karnavian. Menurutnya, Tito sedang membahas mayoritas umat Islam yang tergabung dalam NU dan Muhammadiyah.
"Yang lain tak perlu tersinggung, yang tidak disebut bukan berarti terhina, perspektifnya tidak dibawa baper saja," kata dia pada Republika.co.id. Cholil mengatakan, ormas-ormas muda bukan berarti tidak penting atau tidak memiliki peran.
Menurutnya, Tito tidak menyebut pihak mana yang disebutnya merontokkan NKRI. Sehingga, pihak lain sebaiknya tidak tersinggung jika tidak merasa demikian.
Cholil mengatakan, berdasarkan fakta sejarah, ormas NU dan Muhammadiyah memang sudah terbukti pandai meramu keislaman menjadi ke-Indonesia-an. "Ormas baru juga harus melihat dan belajar bagaimana ketika NU dan Muhamadiyah mengelaborasi keislaman jadi ke-Indonesia-an," katanya.
Bagaimana kedua organisasi Islam ini membela dan memberi solusi pada keutuhan negara. Cholil pun mengimbau, pada masyarakat agar bijak dalam menyikapi pernyataan Kapolri.
"Kan tidak ada yang dihina, kalau mau disebut semuanya itu kan besar dan banyak, dalam sambutan pun kita biasanya menyebut yang besar-besarnya," kata Cholil. Ia percaya Polri tidak berpihak pada salah satu pihak.
Ranah kepolisian bukan bicara soal ancaman melainkan keamanan. Meski demikian, ia juga menilai, jika Tito perlu menjelaskan ketika ada kesalahpahaman.
"Mungkin cara penyampaiannya ada yang kurang paham, Pak Tito perlu lebih komperhensif dalam menjelaskannya, tidak sepotong-sepotong," kata dia. Ini terkait bagaimana menjaga keutuhan negeri.