REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti dilansir dari laman resmi Masjid Agung Bursa, BursaUluCamii.com, kompleks ini memiliki luas 2.215 meter persegi. Dalam bentuk aslinya, ke-20 kubah ini juga berfungsi untuk menadah air, yakni bila hujan turun dan mengalir dari pucuk kubah ke tepiannya.
Air hujan disalurkan ke kolam tempat wudhu (sadrvan). Namun, kini fungsi itu diubah dan diganti dengan bahan kaca bening yang tebal. Sehingga, fungsinya bukan lagi menadah air hujan, melainkan meneruskan cahaya matahari untuk menembus sisi dalam masjid ini.
Kolam sadrvan berbentuk segi-18 dengan diameter kira-kira enam meter.
Letaknya di dalam masjid, persis di tengah-tengah. Air pancur terletak di tengah kolam ini dan terdiri atas tiga tingkat dengan tinggi 2,5 meter.

Kolam Sadrvan
Dinding kolam sadrvan setinggi satu meter dengan belasan kran pada tiap-tiap sisi.
Air bersih melalui lubang tersebut sehingga jamaah dapat berwudhu sambil duduk.
Mengapa bisa ada kolam berdinding marmer putih di dalam masjid, di tengah- tengahnya pula? Dirawikan bahwa tanah lokasi kolam ini dahulunya kepunyaan seorang perempuan paruh baya.
Ia menolak melepaskan lahan miliknya seluas 65 meter persegi itu kepada penguasa. Akhirnya, penguasa Ottoman merebutnya dengan paksa, tetapi tidak lantas menjadikan lahan itu sebagai tempat ibadah. Namun, banyak yang meragukan kebenaran cerita ini sebagai fakta sejarah.
Kaligrafi Interior masjid ini kaya akan lukisan- lukisan kaligrafi yang indah.
Totalnya, ada 45 pajangan dan 87 dinding keramik yang dihiasi kaligrafi karya 21 orang seniman terkemuka Ottoman. Kaligrafi ini tersebar di dinding pilar, mimbar, ataupun dekat pintu-pintu ma suk masjid.

Bagian dalam masjid agung Bursa
Beberapa lampu gantung memancarkan cahaya krem, selaras dengan warna dinding interior masjid. Hamparan permadani merah berkualitas tinggi menimbulkan kesan anggun, tetapi damai dan kontemplatif.
Langit-langit yang terletak di atas kolam sadrvan dibiarkan terbuka sehingga cahaya matahari masuk dan berpencar ke seluruh ruangan. Puluhan pilar tersebar di sana untuk menopang 20 kubah di atasnya.
Pintu-pintu dan mimbar masjid ini terbuat dari bahan kayu. Mimbar Masjid Agung Bursa menampilkan gambar konstelasi tata surya yang menandakan pesatnya perkembangan sains di zaman Ottoman awal.

Masjid Agung Bursa
Di sisi timur mihrab, ada daun pintu yang berusia satu abad dan berasal dari Ka'bah.
Namun, kini pintu istimewa tersebut diletakkan dalam kotak kaca sebagai pajangan atau artefak historis.
Dalam laman pariwisata Bursa, TheBestOfBursa. com disebutkan, bagian eksterior Masjid Agung Bursa terbuat dari bahan batu cadas. Dua menara pada sisi kanan dan kiri masjid ini tampak kembar, tetapi sebenarnya dibangun pada tahun yang berbeda.
Artinya, pada awalnya dimaksudkan hanya satu menara, yakni yang terletak di sisi barat. Menara di sisi timur baru dibangun kemudian dalam era Sultan Mehmet I pada abad ke-15.
(Baca: Bursa, Tempat Lahirnya Kebudayaan Ottoman)