Ahad 04 Feb 2018 22:18 WIB

Polisi Lepas 15 Suporter Persebaya

Suporter Persebaya kedapatan membawa senjata tajam pada pertandingan Piala Presiden.

Red: Ratna Puspita
Suporter Persebaya Surabaya memberikan dukungan kepada ketika laga Persebaya Surabaya melawan Madura United pada babak penyisihan Grup C Piala Presiden 2018 di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (28/1). Pertandingan tersebut memecahkan rekor penonton terbanyak pada laga Piala Presiden 2018 dengan jumlah sekitar 50 ribu penonton. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Suporter Persebaya Surabaya memberikan dukungan kepada ketika laga Persebaya Surabaya melawan Madura United pada babak penyisihan Grup C Piala Presiden 2018 di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (28/1). Pertandingan tersebut memecahkan rekor penonton terbanyak pada laga Piala Presiden 2018 dengan jumlah sekitar 50 ribu penonton. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO — Kepolisian Resor Kota Surakarta akhirnya melepas 15 suporter Persebaya Surabaya. Mereka kedapatan membawa senjata tajam pada pertandingan Persebaya melawan PSMS Medan pada perempat final Piala Presiden 2018 di Stadion Manahan Surakarta, Sabtu (3/2).

"Sebelumnya, kami telah mengamankan sebanyak 15 anak merupakan suporter Bonek karena ternyata mereka membawa senjata tajam saat akan melihat pertandingan pada Piala Presiden kemarin," kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono di Solo, Ahad (4/2).

Sebagai langkah lanjutan, polisi memutuskan untuk melakukan pembinaan kepada anak-anak tersebut dengan memulangkan ke rumah masing-masing. "Kami akan antar mereka ke rumah masing-masing. Selanjutnya mengenai pembinaan kami akan berkoordinasi dengan instansi terkait di Kota Surabaya maupun Provinsi Jawa Timur," katanya.

Ia berharap selama perhelatan Piala Presiden tersebut tidak lagi ada kasus serupa dan diharapkan seluruh pihak ikut menjaga situasi agar kondusif. Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Pengarah Piala Presiden 2018, Maruarar Sirait. mengapresiasi tindakan Kepolisian melepas para Bonek tersebut.

"Mereka dibebaskan dengan pembinaan. Saya sendiri prihatin karena ternyata yang paling muda ada anak kelas enam SD, yang seharusnya bisa melihat bola dengan aman, tetapi malah membawa sajam yang membahayakan nyawa orang lain," katanya.

Untuk mengantisipasi agar hal yang sama tidak terulang, ia meminta kepada seluruh tim agar memberikan pemahaman kepada masing-masing suporter. "Pemahaman bahwa membawa senjata tajam ini melanggar undang-undang dan bisa dihukum. Saya berharap agar tim bisa sosialisasi ke suporter," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement