Senin 05 Feb 2018 21:18 WIB

Dedi Mulyadi, Petani Muda Penggagas Beras Organik Pringkasap

Dedi membentuk Komunitas Petani Organik Paguyuban Bumi Mandiri

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Hazliansyah
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana bekerja sama dengan stasiun televisi Tokyo MX TV menggelar seminar bertajuk Persahabatan Indonesia-Jepang Melalui Teknologi Pertanian di Ruang Prof Harun Zain Universitas Mercu Buana, Jakarta, Senin (5/2).
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana bekerja sama dengan stasiun televisi Tokyo MX TV menggelar seminar bertajuk Persahabatan Indonesia-Jepang Melalui Teknologi Pertanian di Ruang Prof Harun Zain Universitas Mercu Buana, Jakarta, Senin (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia masih memiliki banyak petani muda yang berkomitmen mengembangkan pertanian di daerah asalnya. Salah satunya adalah Dedi Mulyadi, pria 27 tahun asal Desa Pringkasap, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang.

Dedi menyadari desanya memiliki potensi besar, dengan sawah seluas 627 hektare yang dilintasi irigasi tarum timur dan sebagian area bisa ditanami tiga kali setahun. Sayangnya, perekonomian petani seolah stagnan karena biaya produksi meningkat namun kesuburan tanah kian berkurang.

"Saya berpikir bagaimana cara mengatasi masalah-masalah tersebut, bagaimana mengurangi biaya produksi dan meningkatkan nilai jual yang secara otomatis akan menaikkan pendapatan petani," kata Dedi yang bercita-cita agar Pringkasap menjadi desa organik.

Setelah lulus dari Jurusan Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian (TPPMP) Institut Pertanian Bogor (IPB), Dedi berniat mengembangkan pertanian di desanya. Ia menawarkan solusi lewat penggunaan Pupuk Organik Hayati (POH) DEKA, mengembalikan kesuburan tanah, dan menerapkan pertanian organik.

Bersama petani setempat, Dedi membentuk Komunitas Petani Organik Paguyuban Bumi Mandiri. Cikal bakal paguyuban dimulai sejak November 2012 dengan anggota awal tiga orang dengan luas satu hektare, lantas diresmikan pada Februari 2013 dengan anggota 24 orang.

Kini Paguyuban Bumi Mandiri melibatkan 54 orang petani yang menerapkan prinsip organik dan ramah lingkungan di lahan seluas 41 hektare. Produk Beras Organik Pringkasap yang dihasilkan terdiri dari beras putih, merah, dan hitam yang dijual dalam rentang harga Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu.

Dedi juga membandingkan pertanian Indonesia dengan Jepang, yang pernah ia sambangi saat pertukaran pelajar. Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara seminar "Persahabatan Indonesia-Jepang Melalui Teknologi Pertanian" di Universitas Mercu Buana, Jakarta Barat, Senin (5/2).

"Dari segi teknologi dan peralatan, kita masih lemah. Bukan berarti tidak ada mekanisasi yang memakai alat modern, tapi di lapangan rata-rata memakai tenaga kerja buruh tani. Namun ke depan, mekanisasi mau tidak mau harus diutamakan karena buruh tani juga semakin sedikit," kata Dedi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement