REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Kamis (8/2) waktu setempat mengucapkan terima kasih kepada Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) atas sumbangan mereka keJalur Gaza, Palestina.
Sebelumnya pada Selasa PBB memperingatkan adanya krisis energi akut di wilayah Palestina yang terblokir tersebut. Bahan bakar darurat untuk fasilitas penting di Gaza akan habis dalam 10 hari ke depan.
Kantor PBB untukKoordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dikutip Anadolu Agency, mengatakan, sumbangan dari Qatar sejumlah sembilan dolar AS dan dari UEA dua juta dolar AS akan membantu memberikan layanan sanitasi, kesehatan dan air bersih kepada masyarakat di Gaza yang membutuhkan.
Sebelumnya dalam sebuah pernyataan tertulis, Kepala komite rekonstruksi Gaza Qatar, Mohammed Al-Emadi, mengatakan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani memberikan instruksi untuk mengirimkan bantuan darurat ke Gaza senilai sembilan juta dolarAS.
Dalam beberapa tahun terakhir, Qatar telah melakukan banyak proyekrekonstruksi di Gaza, yang mencakup pembangunan jalan dan rumah sakit. Secara terpisah,UEA juga mengumumkan bahwa mereka akan menyumbangkan dua juta dolar AS untukprogram OCHA yang menggalang dana untuk pasokan bahan bakar untuk Gaza.
Kantor PBBtersebut mengatakan dibutuhkan sekitar 6,5 juta dolar AS untuk menyediakan 7,7 liter bahan bakar darurat di Gaza pada 2018. "Ini adalah persyaratan minimum yang diperlukan untuk mencegah jatuhnya layanan," kata pengumuman tersebut.
Jalur Gazamerupakan rumah dari dua juta orang Palestina, daerah itu diblokade oleh Israel dan telah mengalami kesulitan karena kekurangan pasokan listrik sejak 2006. Krisistersebut memaksa beberapa rumah sakit dan pusat kesehatan untuk menangguhkanlayanan kepada pasien dalam beberapa hari terakhir.
OCHA memperkirakan bahwa untuk menghidupkan fasilitas penting di Gaza dibutuhkan 1,4 juta liter bahan bakar per hari. Jalur Gaza saat ini hanya menerima 120megawatt listrik dari Israel dan 32 megawatt dari Mesir, namun kebutuhan totalsekitar 600 megawatt.
Sementara itu menurut Otoritas Energi Palestina, pembangkit listrik yang berfungsi di Gaza hanya mampu menghasilkan 60 megawattlistrik.