Selasa 13 Feb 2018 16:49 WIB

Bekraf Jaring Pengusaha Rintisan Kuliner Nasional

100 startup terbaik akan mendapat kesempatan untuk memperluas jaringan.

Red: Nidia Zuraya
Kuliner Indonesia memiliki cita rasa unik dan kaya rempah yang dulu membuat bangsa Eropa datang dan mengkolonisasi Indonesia.
Foto: dok Republika
Kuliner Indonesia memiliki cita rasa unik dan kaya rempah yang dulu membuat bangsa Eropa datang dan mengkolonisasi Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melalui flatform Food Startup Indonesia akan menjaring lagi 100 pengusaha rintisan (startup) kuliner. Upaya ini dilakukan untuk mendorong kontribusi sektor itu dalam perekonomian nasional.

"Penjaringan startup kuliner itu dilakukan dalam program Demoday Food Startup Indonesia atau FSI 2018. Pengusaha diharapkan memanfaatkan momentum itu," ujar Deputi Akses Permodalan Bekraf," Fajar Hutomo di Medan, Selasa (13/2).

Dia mengatakan itu usai melakukan sosialisasi Demody FSI di Medan untuk kemudian dilanjutkan ke sembilan kota lainnya mulai Bandung, Makassar, Belitung, Semarang, Banjarmasin, Malang, Yogyakarta,Surabaya dan Mataram. Menurut dia, 100 startup terbaik akan mendapat kesempatan untuk memperluas jaringan, scale up melalui mentoring sekaligus menarik minat investor melalui pitching.

FSI, ujar Fajar, sudah diinisiasi Badan Ekonomi Kreatif Indonesia sejak akhir 2016. Pada 2017, FSI berhasil menjaring 2.005 data pelaku ekonomi kreatif kuliner dari seluruh Indonesia dan telah berhasil mengkurasi 150 food startup dan memilih tiga terbaik.

Dia menjelaskan, tiga terbaik FSI di 2017 adalah Matchamu, Ladang Lima dan Chillibags dan ketiganya sudah ekspor. "Demoday FSI dilakukan Bekraf karena sub sektor kuliner dinilai masih sangat menjanjikan di Indonesia untuk menggerakkan perekonomian nasional," katanya.

Dia menyebutkan, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB terus meningkat dari sekitar Rp 700 triliun hingga Rp 750 triliun pada 2014 menjadi mendekati Rp 1.000 triliun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, dari hampir Rp1.000 triliun itu, kontribusi sub sektor kuliner mencapai 43 persen. Setelah kuliner, disusul fesyen 18 persen dan hasil kerajinan 16 persen.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.

(QS. Al-Baqarah ayat 61)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement