REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH Sholahudin Wahid, menduga ada pihak yang ingin mengadu domba terkait dengan kasus penyerangan tempat ibadah di sejumlah daerah. "Saya melihat ada pihak ketiga mengadu domba, benar tidaknya saya tidak tahu, mudah-mudahan tidak berlanjut," katanya di Jombang, Sabtu (17/2).
Ia prihatin dengan kasus penyerangan tempat ibadah dan penyerangan pemuka agama yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Kasus itu misalnya yang terjadi di Gereja Santo Lidwina, Bedog, Trihanggo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (11/2) dan pengeroyokan terhadap Ustadz Abdul Basit oleh belasan remaja di Jalan Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat, Ahad (11/2).
Di Jatim, kasus terjadi di Tuban dan Probolinggo. Tempat ibadah dirusak orang tidak bertanggung jawab. Bukan hanya tempat ibadah, polisi juga menjadi sasaran ancaman kejahatan orang tidak dikenal.
Menurut dia, kejadian seperti itu pernah terjadi misalnya di 1948 ataupun di 1965. Sejumlah ulama dan tempat ibadah menjadi korban.
Dirinya juga optimistis polisi sigap menangani beragam kasus tersebut dengan baik. Masyarakat juga diimbau untuk siaga dan segera melapor ke aparat terkait jika mengetahui hal yang mencurigakan terjadi di sekitarnya.
"Saya yakin polisi akan tangani ini dengan baik. Sebagai masyarakat jika melihat tanda mencurigakan lapor ke polisi," kata pria yang akrab disapa Gus Sholah itu.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen pol Machfud Arifin mengatakan dia memang sengaja silaturahmi ke para ulama termasuk ke KH Sholahudin Wahid. Ia adalah salah satu sosok ulama berpengaruh di tingkat nasional. Dirinya sengaja diskusi, dengan harapan bisa ada masukan agar Indonesia menjadi negara yang aman.
"Ini diskusi kecil, tentang keamanan, pemahaman Islam yang sejuk. Gus Sholah ini tokoh besar, bisa masuk ke mana saja, jadi bisa mengajak ke arah yang baik menjaga NKRI," kata Kapolda yang hadir di PP Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang.
Ia juga menegaskan tidak boleh menganggap remeh segala sesuatu, termasuk ancaman terorisme. Polisi juga selalu siaga mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, termasuk lebih mengoptimalkan peran babinkamtibmas. Petugas juga melakukan monitoring di segala lini, memastikan keamanan terjamin.
"Tentunya tidak boleh menganggap remeh, semua diantisipasi dengan pendekatan ke semua elemen, juga penjagaan supaya polisi di masyarakat terus. Kalau (ancaman) teroris ada, tapi kami mengantisipasi dengan memonitor semua," kata dia.