Senin 19 Feb 2018 15:58 WIB

Ciri khas Thibbun Nabawi

Ilmu kedokteran berkembang seiring dengan perkembangan kecerdasan manusia.

Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,

Sebelum Masehi

Pada masa purba, ilmu kedokteran berkembang seiring dengan perkembangan kecerdasan dan kreativitas manusia. Pada masa itu telah dikenal pijat-memijat, ramu-ramuan obat dan alat-alat perdukunan. Hal ini didasarkan pada insting (gharizah) yang dianugerahkan Allah SWT.

Masa sumeria dan Arkadia

Sumeria termasuk wilayah Irak sekarang, yaitu di dekat sungai Furat (Eufrat) & sungai Dajlah (Tigris). Menurut sejarah, tabib-tabib bangsa Sumeria telah mengenal pengobatan sejak 4000 tahun sebelum masehi. Pada masa tersebut terdapat dua cara pengobatan, yaitu, menggunakan dukun (menggunakan ramuan, pijatan, lalu dijampi dengan meminta bantuan jin) dan pengobatan yang ilmiah (ramuan herbal, madu, al-kayy bakar, lasah atau fisioterapi). Sedangkan Arkadia berada di Utara Irak bagian tengah. Kedokteran sempat mencapai masa gemilang dimasa Raja Sargon.

Zaman Firaun

Mesir di masa Firaun telah memiliki peradaban yang tinggi di bidang kedokteran. Pada masa Firaun Ramses II (sekitar 1200 tahun sebelum masehi) di kota Thebe dan Memphis telah didirikan pusat pengkajian ilmu kedokteran. Di Mesir pun dikenal dua macam pengobatan. Yaitu dengan khahin (dukun) yang meminta bantuan pada jin berupa sihir-sihir dan pengobatan ilmiah yang mampu melakukan pembedahan besar. Perkembangan kedokteran Mesir telah mengenal anastesi yang dinamakan Taftah. Mereka pun telah mengenal cara diagnosa dengan menggunakan detak nadi pasien.

Masa Nabi dan Sesudahnya

Pada masa Nabi perkembangan kedokteran sudah sangat maju. Banyak cara terapi yang bermunculan. Namun Rasulullah memilih dua cara pengobatan, yaitu dengan bekam dan madu. Hal itu di tegaskan Rasulullah dalam hadis sebuah hadis. “Dari Ibn ‘Abbas ra Dari Nabi SAW telah bersabda, Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga perkara yaitu minum madu, berbekam dan berobat dengan api, dan aku melarang umatku berobat dengan api itu.” (HR. Bukhari). Setelah Rasulullah wafat, seorang ilmuwan Muslim bernama Ibnu Sina menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran. Kitab itu dalam ilmu kedokteran menjadi rujukan utama dan paling otentik. Kitab itu mengupas kaidah-kaidah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit.

Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih umat Islam.Saat itu Eropa dicengkeram era kegelapan. Pada abad Sembilan hingga 13 Masehi, dunia kedokteran Islam berkembang pesat. Sejumlah rumah sakit dibangun. Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam adalah Jindi Shapur di Baghdad. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan kota Baghdad mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu. Pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan sistematik. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon.

Ciri Khas

Ciri khas Thibbun Nabawi atau pengobatan cara Nabi Muhammad SAW adalah bersifat Ilahiah dan alamiah. Syariat Islam yang dibawa Nabi mengandung nilai-nilai aththib (kedokteran) yang murni dan tinggi. Karena prinsip dari syariat Islam ialah membawa maslahat umat manusia pada masa sekarang dan yang akan datang. Muhammad SAW bersifat Ilahiah amiah. Syariat yang dibawa Nabi andung lai aththib kteran) yang dan tinggi. a prinsip dari syariat alah membawa hat umat manusia masa sekarang dan kan datang.

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement