Kamis 22 Feb 2018 03:23 WIB

Jejak Islam di Nigeria

Sebanyak 98 persen dari 11 juta jiwa penduduk Nigeria beragama Islam.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Nigeria
Muslim Nigeria

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sebanyak 98 persen dari 11 juta jiwa penduduk Nigeria beragama Islam. Negeri ini terletak di wilayah Sahel Afrika bagian utara. Pertanian, termasuk peternakan, merupakan kegiatan ekonomi utama dari 85 persen populasi.

Masyarakat di sana berasal dari berbagai suku: Hausa terdiri dari 56 persen populasi, Zarma-Songhay 22 per sen, Fulani 8,5 persen, Tuareg (Ber ber) 8 persen, Fulbe 10 persen, Kanuri-Manga (Kanem-Bornu) 4,3 persen, dan Tubu, Arab, serta Gourman tche masing-masing kurang dari 1,2 persen.

Semua kelompok etnis ini telah memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Sudan barat. Hausa, Songhay, dan Kanuri meru pakan etnis paling awal dalam memeluk agama Islam melalui perluasan wilayah dan politik. Mereka banyak memperjuangkan pendirian madrasah lokal dengan semangat pembaruan dan kemodernan.

Fulbe dikenal banyak melahirkan tokoh intelektual Islam. Suku ini dan kelompok afiliasi mereka Tukolor (atau Torobe) paling terkenal dengan gerakan jihad reformis yang mereka lakukan di seluruh Afrika Barat pada awal hingga akhir abad ke 18.

Beberapa kelompok masyarakat Nigeria memiliki hubungan historis dengan komunitas Muslim kuno seperti Dyula, Soninke, dan Lamtuna Berber, yang melakukan perjalanan rute perdagangan Sahara- Sa helian dari abad ketujuh sampai ke sembilan.

Kontak pertama wilayah tersebut dengan Islam terjadi sekitar tahun 665 M ketika orang-orang Arab menaklukkan wilayah Berber di bawah komando Uqbah bin Nafi al Fihri. Dia dikenal telah mendirikan Qayrawa di tepi utara gurun Sahara dan kemudian melakukan perjalanan ke selatan.

Pada abad kedelapan, suku Iberkoryan, Berber telah diislamkan. Mereka mulai bergerak ke selatan. Kira-kira dua abad kemudian, perdagangan jarak jauh melalui negara Soninke di Ghana memperluas pengaruh Islam melalui Sudan barat.

Islam menyebar, terutama di kalangan elite. Ekspansi Mali mendorong gerakan ke arah timur komunitas Songhay. Pada abad kelima belas, komunitas ilmuan menyebar di seluruh Kanem dan Bornu. Saat ini, lebih dari 98 persen orang Hausa di Nigeria adalah Muslim.

Pada awal abad ke 16, tarekat Qadiriyah diperkenalkan di Katsina, Gao, dan Air. Meskipun Katsina sekarang terletak di Nigeria utara dan Gao di Mali timur, pengaruhnya sebagai pusat filsafat dan pendidikan Islam masih terasa. Seorang intelektual Islam dari Touat dikenal sebagai Al Majhili memperkenalkan ajaran Maliki selama periode ini.

Sekolah ini paling banyak diramaikan anak-anak setempat. Sampai pertengahan abad ke 19, Qadiriyah adalah satu-satunya tarekat di kalangan nomaden Nigeria, dan juga di antara komunitas tak menetap di Maradi, Dakaro, Tahoua dan Zinder.

Pada abad kesembilan belas, tarekat Tijaniyah menggantikan Qadiriyah. Dua musim kekeringan utama 1973-1974 dan 1984-1985 menyebabkan perpindahan penduduk yang signifikan, memaksa banyak kelompok nomaden untuk berlindung di kota-kota. Gerakan Islam di sana membangun hubungan dengan asosiasi Islam atau masyarakat di pusat kota.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement