Jumat 23 Feb 2018 01:00 WIB

ICMI Optimistis Isu SARA tak Menonjol Selama Pilkada 2018

Salah satu daerah yang paling mengkhawatirkan adalah Provinsi Jawa Barat.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshidiqie
Foto: ROL/Abdul Kodir
Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshidiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) optimistis isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) tak menonjol dalam pilkada 2018. Hal itu mengomentari, kemungkinan terjadi euforia serupa Pilkada DKI Jakarta pada 2017.

"Saya optimis isu SARA tak akan menonjol seperti waktu (pilkada) DKI Jakarta," kata Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie di Kantor ICMI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (21/2).

Alasannya, polarisasi pengelompokan koalisinya berbeda dengan Pilkada DKI Jakarta. Ia mencontohkan, salah satu daerah yang paling mengkhawatirkan adalah Provinsi Jawa Barat.

Menurut Jimly, dari keempat calon kepala daerah yang maju, sama sekali tak menggambarkan polarisasi DKI Jakarta. "Dengan kata lain, polarisasi seperti DKI itu tak tercermin di Jawa Barat, Jawa Timur,  Jawa Tengah, dan  daerah lain," ujar dia.

Dia berharap, masyarakat menghentikan sisa-sisa negatif dari Pilkada DKI Jakarta. Dia mengingatkan, pada masyarakat, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sudah menjadi pemimpin DKI Jakarta. "Harus move on dari kasus DKI. Masyarakat nggak usah lagi dipengaruhi sentimen Pilkada DKI," tutur Jimly.

Selain itu, dia meminta, pendukung Anies-Sandiaga mencukupkan dan menghentikan euforia kemenangan terhadap jagoannya. Tujuannya, agar tak mempengaruhi pemilihan presiden pada 2019 mendatang.

"Mari kita sebagai warga bangsa yang sudah terlatih berdemokrasi, pemilu kita harus makin dewasa. Kalau ada ketegangan sedikit, wajar saja, tak usah terbawa perasaan," ujar Jimly.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement