Senin 26 Feb 2018 20:09 WIB

In Picture: Serangan Gas Tewaskan Anak di Ghouta Timur

LSM White Helmets: Beberapa wanita dan anak-anak mengalami kesulitan bernafas..

Rep: Marniati, EPA, Reuters/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Topeng gas yang dikenakan relawan LSM (FOTO : Mohammed Badra/EPA-EFE)

Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2). (FOTO : Mohammed Badra/EPA-EFE)

Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2). (FOTO : Mohammed Badra/EPA-EFE)

Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2). (FOTO : Mohammed Badra/EPA-EFE)

Dua orang anak memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2). (FOTO : Mohammed Badra/EPA-EFE)

Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, Ahad (25/2). (FOTO : Bassam Khabieh/Reuters)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pejabat kesehatan di daerah kantong pemberontak Ghouta Timur menuduh pasukan pemerintah Suriah menggunakan gas klorin dalam serangan pengeboman udara di pinggiran kota Damaskus.

Dilansir di Aljazirah, Senin (26/2), Pertahanan Sipil Suriah yang juga dikenal dengan nama White Helmets, mengatakan pada Ahad setidaknya satu anak meninggal akibat kehabisan tenaga. Menurut pemerintah sementara oposisi Suriah, korban menunjukkan gejala konsisten dengan paparan gas klorin beracun.

Kementerian kesehatan oposisi mengatakan dalam sebuah pernyataan beberapa orang dirawat di fasilitas medis di dekat Al-Shifoniyah. Gejalanya meliputi dyspnea, iritasi intensif pada selaput lendir, iritasi mata dan pusing. Kementerian tersebut mengatakan sedikitnya 18 orang dirawat dengan nebulizer.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement