REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota Bandung akan mengkaji wacana perpanjangan tol air di kawasan Pagarsih. Sebab, setelah proyek tol air rampung, banjir masih menggenangi kawasan tersebut setelah diguyur hujan deras beberapa hari lalu.
Pejabat sementara Walikota Bandung, Muhamad Solihin, mengatakan, pemkot merencanakan perpanjangan tol air tersebut. Namun harus melalui kajian terlebih dahulu terkait keefektifannya.
"Sebetulnya tol air sudah sangat baik ya dibangun oleh Pak Ridwan Kamil, hanya mungkin kurang panjang sedikit dan kita akan laksanakan pada tahap kedua. Tahun ini akan kita evaluasi apakah efektif pembangunan tol air, atau masih kurang," kata Solihin kepada wartawan di Pendopo Kota Bandung, Selasa (27/2).
Melalui evaluasi tersebut nantinya akan direkomendasikan langkah menindaklanjuti proyek tol air. Ia tidak ingin jika perpanjangan tol air dilakukan, namun tidak memberikan dampak yang lebih baik.
Penduduk menggunakan perahu menyusuri jalan yang telah terendam banjir luapan Sungai Citarum, di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Ahad (25/2).
Jika dirasa memang perlu, Pemkot Bandung akan menganggarkan dalam APBD untuk pembangunan tahap dua. "Kalau misalkan kurang (panjang), 2019 kita lanjutkan," ujarnya.
Terkait banjir Cileuncang yang kembali melanda kawasan Pagarsih beberapa hari lalu, Solihin menilai hal itu terjadi karena debit air yang sangat tinggi. Sebab hujan turun dengan deras ditambah aliran air dari hulu.
Menurutnya, wilayah-wilayah hulu di Jawa Barat saat ini banyak bukit yang sudah gundul. Akibatnya aliran air tidak lagi diresap pepohonan, tetapi langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah, salah satunya Kota Bandung.
"Pasti debit air yang misalkan hanya sekian bertambah berpuluh-puluh kali lipat karena tahanan air disana sudah berkurang. Belum lagi ke bawah," tuturnya.
Ia pun mengimbau masyarakat Kota Bandung untuk meningkatkan kepedulian mencegah banjir. Di antaranya dengan tidak lagi membuang sampah sembarangan terutama di sungai untuk mencegah air meluap.