REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pekan lalu, seorang siswa SMPN 2 Sanden Bantul, Fajar Wisnu Nugroho, dikeroyok oleh sesama siswa di sekolah tersebut. Kejadian ini tak langsung diketahui oleh sekolah dan orang tua karena Fajar tak langsung melaporkan kejadian itu.
Fajar mengatakan, ia tak melaporkan karena ia sempat mendapat ancaman jika pengeroyokan ini sampai diketahui oleh orang tua atau pihak sekolah. "Setelah dikeroyok, saya diancam. Sehingga saya memilih untuk diam," kata Fajar yang merupakan siswa kelas VII dan tengah berusia 15 tahun.
Menurutnya, seluruh kejadian itu bermula hanya karena ia tak sengaja menyenggol salah satu pelaku. Ia tak sengaja bersenggolan saat jam istirahat dan akan keluar dari kelas. Setelah meminta maaf, ia justru menerima gertakan yang dilanjutkan dengan pukulan secara tiba-tiba.
"Tiba-tiba ada yang memukul bagian belakang kepala saya," ucapnya. Setelah itu, beberapa tindakan kekerasan pun terur terjadi sehingga membuat tangannya memar dan sakit kepala. Sepengetahuan Fajar, seluruh serangan itu dilontarkan dengan tangan kosong.
Pengeroyokan terjadi Rabu (21/2) saat jam istirahat sehingga tidak terpantau oleh para guru. Pihak sekolah baru mengetahui setelah mendapat laporan dari siswa yang melihat kejadian pengeroyokan tersebut. Berdasar keterangan korban dan saksi, kejadian pengeroyokan ini diduga dilakukan oleh lima orang siswa SMPN 2 Sanden.