Senin 05 Mar 2018 18:03 WIB

Perempuan Pendukung Asyik Datangi KPU Jabar

Perempuan Asyik berkewajiban memberikan pendidikan politik kepada warga.

Ketua Departemen Pembinaan Istri Kepala Daerah (Iskada) DPP PKS Dr Hj Netty Prasetiyani Heryawan (tengah) dan Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat (kanan) dalam dialog seputar aturan main Pilkada Serentak 2018 di Kantor KPU Jabar, Senin (5/3).
Foto: Istimewa
Ketua Departemen Pembinaan Istri Kepala Daerah (Iskada) DPP PKS Dr Hj Netty Prasetiyani Heryawan (tengah) dan Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat (kanan) dalam dialog seputar aturan main Pilkada Serentak 2018 di Kantor KPU Jabar, Senin (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Sejumlah perempuan pendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jabar nomor urut 3 Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) mendatangi kantor KPU Provinsi Jabar, Senin (5/3). Kedatangan para fungsionaris dan afiliasi parpol pendukung Asyik itu merupakan bagian dari gerakan pendidikan politik untuk masyarakat, khususnya kaum perempuan.     

Mereka yang mendatangi kantor KPU Provinsi Jabar berasal dari Perempuan PKS, Perempuan Indonesia Raya Gerindra, Puan PAN, Wanita PUI, Muslimah Partai Bulan Bintang dan Ikatan Perancang Busana Muslim Jabar.

Rombongan dipimpin oleh Dr Hj Netty Prasetiyani, ketua Departemen Pembinaan Istri Kepala Daerah (Iskada) DPP PKS. Kedatangan mereka diterima oleh Ketua KPU Provinsi Jabar Yayat Hidayat, Komisioner KPU Jabar Endun Abdul Haq dan Aang Ferdiman, serta Sekretaris KPU Jabar Heri Suherman.

Perempuan pendukung Pasangan Asyik itu memiliki tiga tujuan di balik kedatangannya ke Kantor KPU Jabar. Menurut Netty, yang pertama bahwa partai politik memiliki tanggung jawab dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, termasuk perempuan.

Oleh karena itu, tegas Netty, perempuan pendukung Asyik berkepentingan mengambil peran aktif dan mengetahui berbagai hal tentang Pilgub Jabar 2018. Kata dia, perempuan harus memiliki pengetahuan memadai, baik sebagai pemilih atau ketika dicalonkan.

Netty menjelaskan, upaya ini sangat penting agar Pilgub Jabar tidak seperti arisan. ‘’Pilgub bukan arisan. Perempuan harus tahu haknya. Bukan kewajibannya saja,'' ujar Netty di Kantor KPU Jabar, Senin (5/3).

Tujuan kedua, papar Netty, yakni perempuan pendukung Asyik berkepentingan meningkatkan kapasitasnya untuk memerhatikan  dan memperjuangkan isu-isu yang menjadi kepentingan perempuan. Menurutnya, pemilih perempuan tidak boleh lagi sekadar menjadi objek. Dia menyatakan, perempuan harus ikut menentukan masa depan secara sadar dan bertanggungjawab.

Untuk bisa meningkatkan kapasitasnya, sambung Netty, maka perempuan mempunyai wawasan yang bermanfaat sebagai bekal ketika bertemu dengan masyarakat. Pada gilirannya, imbuh dia, perempuan akan berperan mendongkrak tingkat partisipasi pemilih di ajang Pilgub jabar 2018. Perempuan, imbuh dia, harus berdaya bagi dirinya juga perempuan lain.

Ketiga, tambah dia, perempuan harus belajar regulasi  dan aturan pilkada serentak yang diselenggarakan KPU. ‘’Terbukti, dalam dialog dengan komisioner KPU, baru tahu ternyata ada batas maksimal harga kerudung sumbangan saat kampanye, yaitu Rp 25 ribu. Belum lagi soal aturan alat peraga kampanye (APK),’’ tambahnya.  

Informasi yang diperoleh dalam dialog ini, pihaknya akan menyiapkan langkah-langkah kreatif dan inovatif, yang berdasarkan pada aturan yang berlaku. Kata Netty, perempuan pendukung Asyik memiliki komitmen dalam menegakan aturan pilkada.  

Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat mengapresiasi inisiatif yang dilakukan Netty berserta remobongannya. Diakui dia, partisipasi perempuan dibutuhkan dalam setiap tahapan pilkada.

Yayat menjelaskan, jika perempuan ingin terakomodasi kepentingannya dalam Pilgub Jabar, maka wajib meningkatkan pengetahuan kemampuan dalam perhelatan Pilgub Jabar 2018. Dilihat dari jumlah pemilih perempuan yang mencapai 16 juta jiwa, lanjut dia, dipastikan bisa menggiring tercapainya berbagai kepentingan perempuan. ‘’Siapapun gubernur terpilih nanti, akan sangat bergantung kepada perempuan,’’ tandasnya.

Komisioner KPU Jabar Nina Yuningsih merespons positif langkah Netty Prasetiyani. Artinya, perempuan sebagai kelompok sasaran sosialisasi justru berinisiatif mendatangi KPU. ‘’'Ini yang kami tunggu,’’ tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement