Rabu 07 Mar 2018 12:00 WIB

Anggaran Pendidikan di Jabar 2018 Capai Rp 1,9 Triliun

Anggaran pendidikan 2017 Rp 1,7 triliun dan pada 2018 naik menjadi Rp 1,9 triliun.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Pendidikan/Ilustrasi
Foto: Antara
Pendidikan/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar), masih berkomitmen untuk memperhatikan pendidikan di Jabar, salah satunya dengan mengalokasikan anggaran cukup besar untuk pendidikan. Menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, anggaran pendidikan di Jawa Barat tahun ini mengalami kenaikan yakni pada 2017 lalu anggaran pendidikan Rp 1,7 triliun, namun pada 2018 naik menjadi Rp 1,9 triliun.

"Saya sebut tambahan pada anggaran tahun ini yaitu sejumlah Rp 1,9 triliun," ujar Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher kepada wartawan, Rabu (7/3).

Aher menjelaskan, nantinya dana tersebut akan digunakan untuk dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS), tunjungan guru, serta kenaikan honor para guru honorer.

"Perlu diketahui sejak 1 Januari 2017, SMA/SMK dikelola Provinsi, oleh karena itu sudah tugas saya sebagai Gubernur untuk meninjau dan memperhatikan pendidikan di Jawa Barat agar lebih maju," katanya.

Menurut Aher, dengan dipegang oleh Provinsi maka ia akan terus meningkatkan kualitas siswa dan kualitas pengajar. Serta, fasilitas akan terus kita tingkatkan, agar pendidikan di Jawa Barat ini semakin maju.

Selain itu, Aher pun ingin meningkatkan pendidikan yang di kelola oleh Kabupaten atau Kota seperti SD, SMP, serta Kementerian Agama (Kemenag) yang mengembangkan Ibtidaiyah, Tsanawiah, dan Aliyah di Jawa Barat, juga mengedepankan kemajuan. Saat ini, jumlah SMA atau SMK negeri di Jawa Barat sudah ada sekitar 800 dan swasta ada sekitar 3.000 sekolah.

Aher berharap, hadirnya suatu sekolah yang ramah anak. Sehingga sekolah, bisa menjadi rumah kedua bagi para pelajar. Pemprov Jabar, memiliki jargon, sekolah adalah rumah kedua.

"Saat siswa berada di rumah nyaman, begitu pun di sekolah. Di rumah ada orang tua yang sayang, begitu pun guru dan kepala sekolah seperti itu," kata Aher.

Oleh karena itu, Aher meminta para guru untuk mengajar dengar ramah. Sebab menurutnya, sudah tak zaman lagi ada guru yang mengajar dengan cemberut atau marah-marah. Jadi, ke depan perlu dibangun sebuah sekolah dengan suasana yang penuh cinta dan kasih, sebagai rumah besar yang dihuni guru dan murid.

Keluh kesah para pelajar, tidak harus terfokus pada Guru Bimbingan Konseling (BK), ujar Aher, tapi guru lain termasuk kepala sekolah memiliki fungsi sebagai layaknya Guru BK.

"Anak-anak yang galau, mau curhat harus difasilitasi. Jangan sampai mereka salah curhat dan malah terjerumus narkoba," kata Aher.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement