Rabu 07 Mar 2018 16:51 WIB

Ada Lawan Politik yang Mengaku MCA

MCA jenis ini dinilai berbahaya ada di media sosial.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi Media Sosial
Foto: pixabay
Ilustrasi Media Sosial

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pakar Teknologi Informasi (IT) Ismail Fahmi menganalis ada empat kelompok jaringan Muslim Cyber Army (MCA). Empat kelompok ini sangat mudah ditemukan di media sosial.

 

"Ada empat jenis, yang pertama adalah jenis anggota MCA yang benar dan bagus, dan juga well educated," kata Ismail kepada Republika.co.id ,Rabu (7/3). 

 

Alumni Jurusan Elektro ITB ini menyebut anggota MCA jenis ini sangat berhati-hati dalam memposting konten-konten dan memperhatikan Undang-Undang ITE yang berlaku. Salah satu contoh akun twitter MCA jenis ini adalah @netizentofa.

 

Jenis MCA yang kedua adalah jenis MCA yang merupakan hasil rekrutan. Biasanya, mereka tak selalu diajarkan bagaimana bersosial media yang benar. "Nah ini yang berbahaya, mereka biasanya menyebarkan konten-konten kebencian, dan menganggap menyebarkan ini adalah hal yang seolah-olah bebas," kata Ismail.

 

Kelompok MCA kedua ini, kata dia, memiliki kebiasaan buruk yakni suka menyebarkan konten seperti meme-meme (plesetan gambar) yang tidak benar. "Mereka biasanya tak tahu bahwa dampak menyebarkan kebencian itu bisa dikenai hukum, atau bisa memiliki dampak kebencian yang luar biasa," tutur pemilik gelar S2 dan S3 Information Science dari Universitas Groningen, Belanda, ini.

 

Sementara, jenis jaringan MCA ketiga adalah yang bermotif ekonomi. Seperti contoh kasus yang pernah ia dalami, ada oknum yang membuat Facebook Fanpage dengan konsisten menyebarkan konten-konten hoaks bernada islami. Pengikutnya, kata dia, bisa mencapai ratusan ribu followers.

 

"Mereka yang ngakunya MCA ini menyebarkan konten hoaks yang pada akhirnya mengalihkan warganet untuk membuka situs blogspot gratis. Nah di situ kan ada iklan google," ujarnya. Ia menjelaskan, bila seseorang memiliki 10 halaman facebook fanpage dengan ratusan ribu followers, maka keuntungan dari kunjungan halaman itu bisa mencapai minimal Rp 15 juta.

 

Yang terakhir, adalah pihak lawan politik yang mengaku MCA. "Sebenarnya mereka adalah musuh Islam, musuh ulama, lalu berpura-pura menjadi MCA dengan menyebarkan gambar-gambar mencatut logo MCA," jelasnya. MCA jenis ini juga dinilai berbahaya ada di media sosial.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement