REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhamadiyah, Mustofa Nahrawardaya, menyebut polisi masih belum bekerja serius dalam membongkar otak dibalik penyebaran hoaks yang memakai nama grup the Family MCA. Ia menilai polisi lambat mengusut kasus ini.
"Saya kira kalau polisi bekerja dengan serius, saya kira akan bisa menemukan siapa otak dibalik ini. Kan cuman 14 orang, dan memiliki 150 ribu member, kan saksinya banyak orang," tuturnya kepada Republika.co.id, Rabu (7/3).
Dengan kondisi tersebut, Mustofa mengatakan, polisi seharusnya bisa dengan mudah mengungkap baik otak, penyedia fasilitas, pendana di balik penyebaran hoaks itu. Dari hal itu, lanjutnya, polisi seharusnya dapat mudah menangkap siapa yang mengatur dan mengarahkan para member untuk melakukan posting ujaran-ujaran kebencian.
Sebab, ia sendiri yakin, bahwa selama ini ada yang secara khusus memberikan arahan untuk memproduksi hoaks atas nama the Family MCA. "Saya yakin ada orang menyutradarai itu semua, jadi seharusnya akan ketahuan kok itu," kata dia.
Pemilikakun akun twitter @NetizenTofa itu juga mengatakan pengungkapan kasus itu tak sesulit melacak pengungkapan kasus terorisme. "Apalagi saat ini jejak-jejak digital sudah ada, dan kecenderungannya, kejahatan siber itu lebih mudah diungkap dari pada kejahatan yang lain," tuturnya.
Menurutnya, saat ini Polri telah memiliki banyak data untuk mengusut kasus ini. Ia pun menawarkan diri untuk membuka data itu untuk diusut jejaknya melalui para pengamat. "Kita telusuri sendiri saja bersama pengamat, itu gampang kok seharusnya," katanya.
Selain itu, menurutnya, polisi juga telah memiliki berbagai alat canggih untuk melakukan penyidikan. "Di siber polri punya alat canggih untuk mendeteksi, memburu, meneliti, dan menyidik. Apalagi dibantu oleh BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) RI, sudah sangat canggih, ada badan siber. Jadi seharusnya bisa lebih mudah," ungkapnya.
Ia menambahkan, jaringan MCA yang asli justru tidak turut menyebarkan hoaks karena sesuai dengan tujuan mereka dibentuk yakni dengan alasan membela kepentingan Islam. Sehingga dia yakin, pelaku yang ditangkap polisi itu adalah orang-orang yang disutradarai dan terstruktur dengan mengatasnamakan jaringan MCA.