REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara tujuan wisatawan dari Cina sepanjang 2017 sebagaimana data yang dirilis China Tourism Academy (CTA) dan Ctrip, penyedia jasa layanan pariwisata berbasis elektronik. Data yang dipantau di Beijing, Kamis (8/3), Indonesia menduduki peringkat kelima di bawah Thailand, Jepang, Singapura, dan Vietnam.
Meskipun tahun lalu terkena dampak letusan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, peringkat Indonesia sebagaimana data lembaga survei di bawah Badan Pariwisata Cina (CNTA) tersebut masih berada di atas Malaysia, Filipina, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Maladewa.
Pada 2017, Indonesia menerima sekitar dua juta kunjungan wisatawan dari Cina atau meleset sedikit dari target sebesar 2,5 juta sebagai dampak penutupan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali saat terjadi letusan Gunung Agung. CTA dan Ctrip mencatat pada tahun lalu lebih dari 130 juta warga Cina melakukan perjalanan wisata ke berbagai negara.
“Angka itu menunjukkan bahwa Cina telah menjadi sumber daya wisatawan terbesar bagi beberapa negara,” tulis People's Daily.
Dalam melakukan kunjungan wisata ke luar negeri sepanjang tahun lalu, warga Cina telah menghabiskan uang sebesar 115,29 miliar RMB (Rp 242,109 triliun). Gaya hidup dan mendapatkan pelayanan lebih disukai wisatawan dari daratan Tiongkok itu daripada berbelanja dan sekadar menikmati pemandangan alam.
Perjalanan wisata ke luar negeri juga meningkatkan kualitas kebahagiaan rumah tangga dan kawula muda Cina. Berbagai kegiatan untuk memperkenalkan objek wisata telah dilakukan oleh beberapa negara untuk memikat wisatawan dari Cina.
CTA dan Ctrip bahkan mencontohkan Indonesia yang sedang gencar-gencarnya membangun 10 tujuan wisata baru setaraf dengan Bali dengan nilai investasi 100 miliar dolar AS untuk bandara, jalur kereta api, hotel, dan taman wisata sebagai upaya untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan dari Cina.
Jepang mengoptimalkan pelayanan wisata berbahasa Mandarin di sejumlah objek wisata dan pusat perbelanjaan. Mereka memberikan panduan wisata dan belanja dengan menggunakan bahasa Mandarin.
Jepang juga memberikan akses pembayaran berbasis telepon mobile yang biasa digunakan wisatawan China. Pada 2017 pula, puluhan ribu gerai di lebih dari 30 negara menerima pembayaran melalui platform Alipay dan WeChat yang biasa digunakan masyarakat Cina dalam bertransaksi sehari-hari.