Sabtu 10 Mar 2018 14:46 WIB

Cina Bungkam Warga yang Menolak Presiden Xi Jinping

Presiden Xi Jinping diusulkan menjabat seumur hidup.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nidia Zuraya
Xi Jinping
Foto: REUTERS/Lintao Zhang
Xi Jinping

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina membungkam warganya yang menyatakan keberatan dengan rencana Presiden Xi Jinping untuk menjabat seumur hidup. Hal tersebut telah dilakukan terhadap salah satu penulis kawakan Cina, Ma Bo.

Penulis buku Blood Red Sunset itu menyuarakan keberatan terhadap rencana Xi melalui salah satu media sosial. Dia mendesak partai komunis Cina untuk mengingat sejarah tentang bagaimana satu orang pemimpin Cina di masa lalu yang menuntun negara pada kehancuran.

"Sejarah menunjukan sebuah kemunduran parah dan sebagai warga yang berhati nurani, saya tidak bisa tinggal diam!" kata Ma dalam akun media sosialnya.

Lembaga sensor Cina kemudian berhasil mendeteksi unggahan kata-kata tersebut. Mereka lantas membungkam Ma dengan menghapus keberadaan unggahan itu dari dunia maya.

 

Baca juga, Menlu AS: Hati-Hati Tawaran Utang dari Cina

Lembaga legislatif Cina memang tengah bersiap menyetujui penghapusan batasan masa jabatan seorang presiden. Langkah tersebut membuat Xi disebut-sebut sebagai Mao Zedong modern.

Hal itu tak pelak menuai keprihatinan kaum intelektual, pekerja kerah putih muda dan veteran kampanye politik masa lalu yang telah pensiun. Bagi sebagian orang, kebijakan itu merupakan pertanda adanya represi politik yang lebih besar di masa depan.

Kebijakan penghapusan masa jabatan seorang kepala negara itu membuat amandemen yang dilakukan pada 1982 oleh mantan pemimpin Cina terdahulu Deng Xiaoping hangus. Amandemen dilakukan untuk mencegah pertumpahan darah akibat protes menentang kediktatoran seperti pada masa Mao Zedong.

"Ada banyak ketakutan. Orang tahu bahwa Xi akan menjadi kaisar, jadi mereka tidak berani menghalangi jalannya. Kebanyakan orang hanya diam dan mengamati," kata Ma.

Tak hanya Ma, pemerintah Cina juga telah mengamankan sejumlah oposisi yang berpotensi menghalangi kemulusan rencana Xi untuk menjabat sebagai presiden seumur hidup. Aktor-aktor politik tersebut diliburkan pemerintah dan dibawa ke luar kota yang jauh sementara biaya perjalanan mereka dibayar oleh negara.

Pejabat partai komunis yang telah pensiun juga telah diperingatkan untuk tetap diam. Protes juga sempat dilakukan oleh sejumlah mahasiswa dari universitas terkemuka di Beijing, Tsinghua University.

Aksi yang dilakukan bersamaan dengan peringatan hari wanita sedunia itu menggantung spanduk merah bertuliskan kata-kata satir tentang betapa mudahnya seorang pemimpin merubah konstitusi terkait masa jabatan. Salah satu spanduk memuat kata-kata 'negara tidak akan bisa bertahan tanpa hukum, kita tidak bisa terus berjaan tanpa kehadiranmu'.

Kekhawatiran juga diperlihatkan warga lainnya, Huang. Dia mengaku takut jika Cina akan kembali seperti pada era Mao Zedong. Dia mengatakan, kebijakan yang dilakukan pemerintah terkait masa jabatan presiden tidak pernah sekalipun meminta pendapat masyarakat.

"Opini kami terkait hal itu seketika itu juga langsung disensor," katanya.

Tidak ada warga yang memberikan kritik berani mengemukakan nama lengkap mereka. Bahkan, kritikus yang baisa vokal untuk menentang pemerintah enggan untuk berbicara mengenai amandemen konstitusi yang dilakukan Xi Jinping.

Kendati, kampanye anti-korupsi yang dilakukan Xi Jinping telah mengantarkan dirinya untuk mendapatkan dukungan masyarakat luas. Seperti yang dilakukan seorang warga bernama Zhang.

Meski mendambakan kebebasan, Zhang mengaku negara membutuhkan sosok pemimpin yang kuat dan mampu membawa stabilitas serta kesejahteraan lebih banyak lagi. Pria 56 tahun itu mengatakan, memberikan kesempatan bagi Xi untuk memerintah tanpa batas waktu merupakan jalan cepat untuk mengembangkan negara.

"Ideologi barat yang beranggapan kebebesan adalah kehidupan tidak akan menancap jauh kedalam hati masyarakat," katanya.

Selama lima tahun terakhir, Xi telah bekerja keras untuk membangun kultus kepribadian dan meminta kesetiaan yang tak tergoyahkan dari para pejabatnya. Ia juga membungkam perbedaan pendapat untuk mengokohkan cengkeramannya di Cina.

Sejak 2012, Xi telah memulai kampanye anti-korupsi yang menyasar sekitar 1,3 juta pejabat pemerintahan. Upaya Xi untuk melemahkan faksi-faksi yang bersaing di puncak politik Cina telah membuatnya menjadi orang terakhir yang berdiri di tampuk kekuasaan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement