REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagaimana kisah kedatangan Muslim di benua itu? Berbagai literatur menunjukkan bahwa keberadaan warga Muslim di Australia diawali dengan kedatangan pedagang unta dari Afghanistan. Kala itu, sekitar tahun 1860-an, seorang bernama Dost Muhammad menginjakkan kaki di Pelabuhan Melbourne.
Bersama 24 ekor unta, ia melakukan pelayaran yang panjang dan melelahkan dari Karachi, Pakistan. Hewan-hewan berpunuk itu rencananya digunakan untuk menemani ekspedisi Burke dan Hill saat menjelajah Benua Australia melalui padang pasir.
Kedatangan Dost Muhammad bersama Esa Khas (keduanya Muslim) dan Samla (Hindu) untuk memperlancar penjelajahan dari Melbourne yang kaya emas. Ekspedisi dimulai, namun Dost Muhammad mengalami kecelakaan. Tangannya putus digigit unta. Tak lama berselang, ia meninggal. Jasadnya dikuburkan di Minindie.
Setelah itu, sejumlah pedagang unta asal Afghanistan mulai berdatangan, terutama akhir abad ke-19. Mereka kemudian disebut kaum Ghans. Hewan unta dibutuhkan karena kemampuannya bertahan hidup di daerah gurun yang memang mendominasi daratan Australia.
Kehadiran kaum Ghans disusul kedatangan para imigran Muslim dari berbagai negara, seperti Albania, Yugoslavia, Turki, Siprus, Palestina, Cina, Jordania, Lebanon, Syria, Mesir, Arab Saudi, Afrika Utara, Pakistan, India, Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Fiji.
Para imigran umumnya bekerja sebagai buruh di pertambangan, pabrik, dan perkebunan. Beberapa di antaranya juga berprofesi sebagai pedagang. Berkat kegigihan dan semangat kerja keras, imigran Muslim tersebut dinilai telah berjasa dalam upaya pembangunan di masa awal berdirinya Australia.
Berakhirnya Perang Dunia II menjadi momen penting keberadaan komunitas Muslim Australia. Antara tahun 1945-1988, terjadi peningkatan jumlah kedatangan imigran Muslim ke negara itu. Mereka berasal dari berbagai negara, seperti Turki, Indonesia, Mesir, Syria, dan Pakistan. Jumlah yang lebih sedikit datang dari sejumlah negara: Yugoslavia, Malaysia, dan Singapura. P
ara imigran ini, khususnya yang berasal dari Asia Tenggara, bukan lagi sekadar tenaga buruh, namun para profesional dan teknisi.
Mereka itulah yang kini tumbuh dan berkembang hingga kini.