Sabtu 24 Mar 2018 16:03 WIB
Menggapai Ridha-Nyarengan Belajar Mengaji

Apa Iya Bisa Ngaji dalam Sehari?

Kehidupan di ibu kota, memang cukup berpengaruh pada keabsenannya belajar mengaji.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Agus Yulianto
Belajar Mengaji. Peserta mengikuti kegiatan 30 Menit Bisa Membaca Alquran di Kantor Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Sabtu (09/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Belajar Mengaji. Peserta mengikuti kegiatan 30 Menit Bisa Membaca Alquran di Kantor Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Sabtu (09/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertanyaan itulah yang beberapa akhir ini berkelindan dibenak Sri Yulianti ketika hendak mengikuti 'Republika 30 Menit Baca Alquran'. Keraguan tersebut bukan tanpa alasan yang mendasar. Usianya yang sudah tidak muda lagi, menjadi penyebab mengapa dia menyangsikan metode tersebut.

Menurut Yuli, selama hidupnya, dia belum pernah belajar mengaji secara konsisten dan serius. Dia mengingat, terakhir kali dia belajar mengaji itu sewaktu kecil. Namun, karena dirasa sulit dia pun tidak melanjutkan belajar mengajinya itu. Begitu seterusnya, hingga kini dia berusia 48 tahun.

Kehidupan di Ibu Kota, kata Yuli, memang cukup berpengaruh pada keabsenannya belajar mengaji. Pekerjaan, kehidupan berumah tangga, dan kegiatan sosialita lainnya seolah menjadi penghambat bagi dia untuk bisa meluangkan waktu untuk belajar mengaji.

photo
BELAJAR LANCAR MEMBACA ALQURAN. Ustadz Achmad Farid Hasan (kiri) membimbing para peserta mengikuti kegiatan 30 Menit Lancar Baca Alquran di Gedung Harian Republika, Jakarta Selatan.

"Ya apalagi kan yang ada dibenak saya itu belajar mengaji susah, ribet, banyak ini itunya. Jadi ya saya enggak pernah lagi tuh belajar mengaji," kata Yuli saat ditemui di sela-sela acara Republika 30 Menit Baca Alquran, Sabtu (24/3).

Hingga akhirnya pada Januari 2018 lalu, Yuli beserta suami, Joni Mardisel, memutuskan pergi umrah ke Tanah Suci. Selama umrah, tutur dia, banyak sekali hikmah dan mungkin teguran dari Allah Swt kepada dirinya. Salah satunya teguran karena ketidakmampuan dan keengganan Yuli belajar mempelajari kitab suci Alquran.

Yuli menceritakan, ketika umrah dan berada di suatu masjid di Makkah, dia melihat semua orang sibuk beribadah. Mulai dari zikir, shalat, hingga membaca kitab suci Alquran.

"Nah saat itu saya duduk bersebelahan dengan orang Turki. Dia tiba-tiba ngasihin Alquran aja gitu ke saya. Mungkin karena lihat saya hanya diam. Dari situlah hati saya terenyuh, dan menganggap itu adalah sebuah teguran dari Allah," ungkap Yuli.

Karenanya, setelah Yuli kembali ke Indonesia, dorongan kuat untuk bisa membaca Alquran pun mulai tumbuh kembali. Dia mulai rutin mempelajari Iqra mulai dari Iqra satu, dua, dan seterusnya. Lalu pada awal Maret, suaminya menawarkan dia untuk mengikuti pelatihan singkat di Republika.

"Ya itukan sempat ragu. Masa iya bisa langsung lancar. Saya benar bisa nol, masih Iqra gitu. Tapi ya malu banget, ngakunya Islam, tapi gak bisa mengaji," kata Yuli. Karena itulah, dia dan suami akhirnya memutuskan untuk mengikuti pelatihan mengaji di Republika.

Setelah mengikuti pelatihan, satu hal yang membuat Yuli tenang sekaligus senang. Metode yang diajarkan untuk bisa mengaji Alquran sangat sederhana dan tidak rumit. Pengenalan huruf hingga tajwid pun dikemas dengan metode sederhana.

"Kan huruf arabnya tadi dilatinkan, terus metode pengajaran juga simpel banget. Gak rumit seperti yang selama ini saya rasakan dan bayangkan," tutur Yuli.

Karena itu, dia berharap, usai mengikuti pelatihan membaca Alquran tersebut, dia bisa konsisten mengaplikasikannya setiap hari. Tentunya dengan membaca Alquran secara rutin. Dengan begitu, dia yakin, dirinya mampu membaca Alquran dengan lancar.

Terus belajar

Lain Yuli, lain Reno. Pekerja swasta yang kini berusia 25 tahun itu mengaku, telah cukup bisa membaca Alquran. Namun, bagi Reno, tidak ada salahnya untuk terus belajar membaca Alquran di Republika di bawah asuhan Ustaz Achmad Farid Hasan.

Bahkan, Reno menemukan metode baru untuk mengajar mengaji kepada orang lain. Sebab, metode yang diajarkan oleh Ustaz Achmad Farid Hasan yang sangat sederhana akan cepat diserap oleh semua orang yang ingin lancar membaca Alquran.

"Saya jadi terpikir aja, kalau mau ajarin mengaji ke orang lain pakai cara ustaz Farid ini. Karena gampang banget diserapnya," kata Reno.

Kendati demikian, lanjut Reno, hal tersebut bukan berarti dirinya akan membuka privat atau pelatihan mengaji. Namun, yang diyakini Reno adalah sedikit apa pun ilmu yang dimiliki akan lebih bermanfaat jika kemudian diamalkan.

Sementara itu, pengajar metode cepat lancar baca Al-Quran Ustaz Achmad Faris Hasan mengatakan, metode yang disampaikan kepada peserta memang di desain secara sederhana dan simpel. Alasannya, agar peserta tidak lantas merasa bingung, pusing dan bahkan malas mempelajari bacaan Alquran. Achmad mengatakan, tidak ada persyaratan khusus bagi masyarakat yang ingin belajar membaca Alquran.

 

Hanya saja, jelas dia, mereka harus fokus dalam belajar, dan ddasari dengan kemauan sendiri. "Metode ini akan berhasil membantu masyarakat untuk belajar membaca Al-quran. Karena memang cara ini mudah ringan untukditerima semua peserta baik anak muda atau bahkan yang sudah lanjut usia," kata dia.

Dalam mengajar metode tersebut, Farid terlebih dulu mengenalkan huruf-huruf Alquran. Setelah itu, baru dia mengajarkan muridnya membaca surat Alquran. Upaya tersebut dilakukan untuk menghindari orang-orang yang hanya hapal surat-surat Alquran tanpa bisa membacanya.

"Ya begitupun dengan tajwid, nanti saya tuntun peserta saat membaca Alquran sambil diperkenalkan tajwidnya. Insya Allah peserta akan langsung bisa membaca Alquran," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement