REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuka medan baru dalam perang melawan narkotika. Kini, ia membidik obat palsu untuk membendung perdagangan gelap parasetamol, kata pengacaranya pada Rabu (28/3).
Salvador Panelo, kepala penasihat hukum kepresidenan, mengatakan bahwa Duterte memerintahkan polisi menangkap mereka yang bertanggung jawab. "Mereka tidak hanya mengacaukan atau melemahkan perekonomian negara dengan memukul industri besar, tapi juga mengancam keamanan bangsa dengan membahayakan kesehatan sebagian besar rakyat," kata pernyataan Panelo.
Diperkirakan, satu dari 10 barang kesehatan di negara berpenghasilan menengah dan rendah berada di bawah mutu atau dipalsukan, Kata Badan Kesehatan Dunia pada Januari. Dikatakannya pula, perdagangan obat palsu meraup sekitar 10 persen dari 300 miliar dolar AS industri obat dunia.
Panelo menyatakan obat bermutu rendah juga dapat menyebabkan kekebalan terhadap antibiotik dan mengancam merusak obat penyelamat hidup.
Lebih dari 4.000 orang Filipina tewas oleh polisi dalam perang Duterte melawan penggunaan obat terlarang dan ribuan lagi oleh kelompok bersenjata. Polisi menyatakan yang tewas adalah pengedar, yang melawan dengan kekerasan.