Ahad 01 Apr 2018 10:32 WIB

TGB Bagi Tips Menjadi Pemimpin yang Adil

Seorang pemimpin yang adil adalah bisa menekan kemauan pribadi.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Andi Nur Aminah
Tuan Guru Bajang (TGB) saat berkuda diEco Pesantren Daarut Tauhid, Parongpong, Kabupaten Bandung  Barat, Jabar
Foto: Muhammad Nursyamsi/Republika
Tuan Guru Bajang (TGB) saat berkuda diEco Pesantren Daarut Tauhid, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jabar

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi turut hadir dalam kajian Tauhid bersama Ustaz Abdul Somad dan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym di Masjid Rahmatan Lil'alamin, Eco Pesantren Daarut Tauhid, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat pada Ahad (1/4). Dalam kajian tersebut TGB membagikan tips menjadi pemimpin yang adil selama hampir 10 tahun kepemimpinannya sebagai Gubernur NTB.

Dia menuturkan bahwa hal terpenting untuk menjadi seorang pemimpin yang adil adalah menekan kemauan pribadi. Salah satu contohnya, mengistimewakan teman dalam sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan.

Dia menilai hal tersebut akan membuat retak seorang pemimpin. "Pemimpin kalau sudah retak, kebawah ikut retak," paparnya pada ribuan jamaah yang memadati masjid dan sekitarnya.

Sebaliknya, dengan meninggalkan jauh-jauh kemauan pribadi, maka keadilan dalam kebijakan dapat tercapai. Tidak hanya itu TGB menyampaikan bahwa keadilan harus diberlakukan untuk semua, tidak terbatas pada umat Muslim. "Kita mikir bagaimana menghadirkan kebijakan publik yang diinspirasi dari ajaran Islam," sambungnya.

Dia menyontohkan ketika mencanangkan wisata halal di NTB. Meski mendapat penghargaan atas kebijakan tersebut, TGB menyampaikan kesulitan awal ketika beberapa pengusaha non-Muslim datang kepadanya. Dia menawarkan sertifikasi halal gratis bagi restoran. "Maka pelanggan lama tetap datang, dan pelancong muslim yang menginginkan kuliner halal akan datang," paparnya.

Setahun kemudian, pengusaha tersebut datang kembali pada TGB dan berterima kasih. Hal tersebut digambarkan TGB sebagai keadilan yang memberikan pemanfaatan bagi semua.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement