Sabtu 07 Apr 2018 10:43 WIB

Lula Da Silva Enggan Serahkan Diri ke Polisi

Ia diperintahkan mulai menjalani hukuman penjara selama 12 tahun atas kasus suap.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Israr Itah
 Mantan presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan istrinya Marisa Leticia pada 2016.
Foto: REUTERS/Paulo Whitaker
Mantan presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan istrinya Marisa Leticia pada 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA - Mantan presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menentang perintah hakim Mahkamah Agung untuk menyerahkan diri ke polisi pada Jumat (6/4). Ia diperintahkan mulai menjalani hukuman penjara selama 12 tahun atas kasus suap yang mungkin akan mengakhiri harapannya untuk mencalonkan kembali sebagai Presiden.

Lula bersembunyi di dalam markas serikat buruh di Sao Paulo, dengan dikelilingi oleh ratusan pendukungnya. Sikap Lula ini menciptakan kebuntuan yang diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir pekan.

Perundingan antara pembantu dekat Lula dan polisi federal untuk mengatur penyerahan dirinya telah dilakukan pada Jumat malam. Salah satu sumber yang berbicara secara anonim mengatakan Lula tidak akan menyerahkan diri sebelum Sabtu (7/4).

Pemimpin Partai Buruh Gleisi Hoffmann menjelaskan, Lula akan mengambil bagian dalam misa pada Sabtu (7/4) pagi di markas besar serikat buruh untuk memperingati ulang tahun mendiang istrinya Marisa. Hoffmann membantah laporan bahwa Lula sedang bernegosiasi mengenai penyerahan dirinya.

Polisi federal di Sao Paulo menolak mengatakan apakah mereka akan berusaha menjemput paksa mantan presiden itu ke tahanan. Langkah ini tentunya dapat memicu bentrokan sengit dengan para pendukungnya.

Tim kuasa hukum Lula mengajukan petisi pada Jumat (6/4) malam kepada Mahkamah Agung untuk membatalkan perintah penjara. Lula sebelumnya telah kehilangan permohonan di menit terakhir di pengadilan banding. Para pengacara mengatakan mereka terus mengajukan banding prosedural dan menggambarkan kasus tersebut sebagai upaya untuk menyingkirkan Lula dari pemilihan presiden.

Ratusan pendukung, termasuk pekerja, mahasiswa, dan aktivis HAM, memenuhi jalan di luar markas besar serikat buruh. Mereka mengeluarkan pidato-pidato menantang yang menyebut kasus ini sebagai upaya perburuan politik.

"Kami di sini untuk menunjukkan, para pekerja akan menolak serangan terhadap demokrasi," kata pemimpin serikat pekerja, Jorge Nazareno.

Lula tidak berbicara kepada orang banyak hampir 24 jam setelah tiba di gedung itu. Ia hanya muncul sebentar di jendela untuk melambaikan tangan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement