REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah tujuh cangkir anggur menjadi awal perjalanan panjang Ibnu Jubair. Semua berawal saat ia menjabat sebagai sekretaris pemerintahan di Granada pada 1182. Sejumlah pejabat tinggi memaksanya untuk meminum tujuh cangkir anggur.
Di bawah paksaan, Jubair akhirnya meneguk anggur itu. Para pejabat itu memang akhirnya menyesal. Kemudian, mereka menyuguhkan tujuh cangkir yang sama itu kepada Jubair dan mengisinya dengan emas. Bagi mereka, ini menjadi penebus kesalahan yang telah mereka lakukan.
Menurut laman Muslimheritage, meski perbuatan itu bukan atas kehendaknya sendiri, Jubair merasa itu merupakan sebuah perbuatan yang melanggar keyakinan yang dianutnya, Islam. Untuk menebus kesalahannya, meski dilakukan dengan terpaksa, ia memutuskan berhaji ke Tanah Suci.
Jubair meninggalkan Granada pada 1138 dan ditemani seorang dokter yang berasal dari kota tersebut. Dalam perjalanan itu, salah satu tempat yang pertama dikunjunginya adalah Alexandria, Mesir. Ia melihat salah satu bangunan yang mengagumkan, yaitu mercusuar.
Mercusuar tersebut dibangun sebagai panduan atau petunjuk bagi para pelaut. Sebab, tanpa mercusuar, para pelaut sulit menemukan jalan yang benar menuju Kota Alexandria. Mercusuar dibangun di sejumlah tempat yang ketinggiannya seakan bersaing dengan tingginya langit.
Hal lain yang memikat hati Jubair adalah bertebarannya madrasah dan asrama yang didirikan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi. Bangunan-bangunan itu digunakan untuk para pelajar dari wilayah tersebut dan yang berasal dari luar negeri.
Bangunan lainnya adalah tempat pemandian dan rumah sakit. Jubair terkesan pula dengan banyaknya bangunan masjid di kota itu. Ia memperkirakan, terdapat 8.000 hingga 12.000 masjid di kota itu. Bahkan, terdapat empat hingga lima masjid di jalan yang sama.
Di Sisilia, di bagian paling akhir tahap-tahap perjalanannya, Jubair mengisahkan pengalamannya melihat aktivitas gunung berapi, yaitu Gunung Stromboli. Saat malam, api berwarna merah muncul di gunung dan melemparkan lidah apinya ke udara.
Ledakan berapi dari kawah gunung sering kali mampu melempar batu besar ke atas. Ini merupakan momen yang dianggap Jubair sebagai hal yang luar biasa. Ia singgah pula di Palermo yang ia sebut sebagai kota kuno yang elegan, megah, dan anggun.
Kota tersebut mempunyai ruang terbuka dan taman-taman yang indah serta jalan-jalan yang lebar. Kota tersebut dibangun dengan gaya Cordoba. Di kota tersebut, juga terdapat sebuah sungai yang membelah kota dan empat mata air yang memancar di pinggiran kota.
Raja menjelajahi kota melalui taman dan istana untuk mendapatkan hiburan dan kesenangan. Sedangkan, para wanita Kristen mengikuti mode perempuan Muslim, yaitu menggunakan kerudung. Jubair sangat bersyukur kepada Allah bisa menyaksikan segala keindahan itu.
Pada April 1185, Jubair kembali ke Granada, lebih dari dua tahun setelah ia meninggalkan kota tersebut dan setelah mengalami kejadian tujuh cangkir anggur itu. Usai kembali dari perjalanannya ke Makkah untuk berhaji itu, ia kian tekun beribadah.