Rabu 25 Apr 2018 11:27 WIB

Al-Asma'i Masuk Daftar Ilmuwan Besar dengan Karya Fenomenal

Al-Asma'i merupakan salah satu cendikiawan yang dipercaya Harun Ar-Rasyid.

Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Asma’i merupakan salah satu cendekiawan yang memiliki hubungan baik dengan penguasa. Ia masuk dalam lingkaran kekuasaan dan mendapatkan perlindungan dari Khalifah Harun al-Rasyid. Khalifah yang berkuasa pada 786 hingga 809 Masehi itu memang dikenal sebagai pemimpin yang sangat mencintai ilmu.

Di sisi lain, khalifah juga sangat terpikat pada seni dan kebudayaan. Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, ia menjadi pelindung atau patron banyak cendekiawan Muslim. Tak heran jika pada masa kekuasaannya, ilmu pengetahuan, kebudayaan, kajian agama, dan sastra mengalami kemajuan pesat.

Selain mendapatkan perlindungan khalifah, al-Asma’i  adalah salah satu pendamping khalifah. Profesi ini merupakan jabatan empuk bagi para cendekiawan yang membuat mereka bertabur harta. Biasanya, para pendamping setia dituntut memiliki pengetahuan luas dalam berbagai bidang.

Mereka diminta untuk memberi pertimbangan atau hiburan melalui syair kepada para penguasa yang menjadikannya sebagai pendamping setia. Demikian pula dengan al-Asma’I, pengetahuannya yang luas tentang sejarah dan syair membuatnya menjadi kepercayaan dan pendamping setia Khalifah Harun al-Rasyid.

Al-Asma’i bahkan diberi kebebasan untuk keluar dan masuk ke istana Khalifah Harun al-Rasyid. Dengan kedudukannya ini, al-Asma’i yang terlahir dari keluarga miskin kemudian mencecap kehidupan yang layak dan bahkan bergelimang harta. Semuanya, berkat kegigihannya dalam menuntut ilmu.

Di sisi lain, al-Asma’i dimasukkan oleh cendekiawan ternama yang berasal dari Persia, Ibnu al-Nadim, dalam buku katalog besar dan komprehensifnya yang berjudul Kitab al-Fihrist. Al-Nadim menyebutnya sebagai salah satu ilmuwan besar dengan karya yang fenomenal. 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ تَقُوْلُ لِلَّذِيْٓ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَاَنْعَمْتَ عَلَيْهِ اَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللّٰهَ وَتُخْفِيْ فِيْ نَفْسِكَ مَا اللّٰهُ مُبْدِيْهِ وَتَخْشَى النَّاسَۚ وَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنْ تَخْشٰىهُ ۗ فَلَمَّا قَضٰى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًاۗ زَوَّجْنٰكَهَا لِكَيْ لَا يَكُوْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ حَرَجٌ فِيْٓ اَزْوَاجِ اَدْعِيَاۤىِٕهِمْ اِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًاۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا
Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.

(QS. Al-Ahzab ayat 37)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement