REPUBLIKA.CO. JAKARTA -- Marketplace reksa dana online, PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa), mengumumkan telah berhasil mencetak 100 ribu investor reksa dana per 9 April 2018. Dalam waktu tiga bulan, angka itu melonjak lebih dari 58 persen dibandingkan Desember 2017 yang sebanyak 63.500 investor reksa dana.
Dengan perolehan tersebut, Bareksa menguasai pangsa pasar industri reksa dana sekitar 16 persen berdasarkan jumlah investor. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor reksa dana tercatat sebanyak 619.380 investor per Desember 2017.
Seiring kenaikan jumlah investor, Bareksa juga membukukan kenaikan jumlah dana yang dinvestasikan oleh nasabah menjadi Rp 850 miliar per 9 April 2018. Angka itu melonjak 88 persen dibandingkan per Desember 2017 dana yang diinvestasikan Rp 450 miliar. Kenaikan jumlah dana yang diinvestasikan di reksa dana melalui Bareksa seiring pertumbuhan industri.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kinerja industri reksa dana pada 2017 cukup cemerlang. Jumlah produk reksa dana tahun lalu naik menjadi 1.777 produk dibandingkan 2016 yang sebanyak 1.425 produk. Nilai aktiva bersih (NAB) industri reksa dana pada 2017, juga melonjak 35 persen menjadi Rp 457,5 triliun dibandingkan Rp 338,7 triliun di 2016.
Tidak berbeda jumlah unit penyertaan (UP) beredar sepanjang 2017 tercatat 324,2 miliar, atau naik 35 persen dari Desember 2016 yang sebanyak 240,2 miliar. Nilai subscription naik 10 persen menjadi Rp 386,5 triliun pada Desember 2017.
"Kenaikan jumlah investor Bareksa didorong oleh kenaikan jumlah investor melalui Bareksa sendiri, maupun ditopang oleh kemitraan dengan beberapa perusahaan terkemuka yakni Tokopedia, Bukalapak, Doku, dan Mandiri e-Cash," kata Co Founder Bareksa, Karaniya Dharmasaputra, melalui siaran pers, Selasa (10/4).
Presiden Direktur Bareksa Portal Investasi, Ady F Pangerang, menyatakan ada beberapa faktor yang menjadi pendorong lonjakan minat masyarakat terhadap produk reksa dana. Di antaranya penurunan suku bunga acuan hingga kemudahan masyarakat membeli reksa dana.
"Sejak September 2017, suku bunga acuan BI turun jadi 4,25 persen dari sebelumnya 4,5 persen. Kondisi itu mendorong penurunan suku bunga deposito. Sehingga masyarakat mulai melirik alternatif investasi lain seperti reksa dana," terang Ady.
Menurut Ady, seiring perkembangan teknologi, penyedia platform pembelian dan penjualan (marketplace) reksa dana secara online muncul. "Kemudahan yang diberikan membuat masyarakat dapat membeli reksa dana di manapun dan kapanpun," imbuhnya.