Rabu 11 Apr 2018 20:37 WIB

SBY Ungkap Cerita Saat Peralihan Pemerintahan dari Megawati

SBY mengatakan kenangan ini belum pernah sekalipun di ungkap pada publik.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Tour de Jatim Partai Demokrat, di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (5/4).
Foto: dok.istimewa
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Tour de Jatim Partai Demokrat, di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (5/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menceritakan kisah yang paling berkesan selama ia memimpin pemerintahan, kepada ratusan karyawan PT Sido Muncul, di Kabupaten Semarang, Rabu (11/4). Menurut SBY, kenangan tersebut belum pernah sekalipun ia ungkap kepada publik.

"Kisah belum pernah saya ungkap, belum pernah ditulis untuk dijadikan buku. Cerita ini tentang saat saya baru-baru menjabat sebagai presiden," kata SBY menjawab pertanyaan karyawan tentang kenangannya menjadi pemimpin bangsa.

Menurut SBY, pada masa transisi dari pemerintahan sebelumnya, kondisi ekonomi bangsa sedang labil. Penyebab utama adalah melonjaknya harga minyak dunia hingga mencapai 150 dolar AS perbarel. Lebih dari dua kali lipat dari harga saat ini.

"Sebagaimana kita tahu, menjelang akhir masa jabatannya, Ibu Megawati tak mau menaikkan harga BBM. Saya tidak bisa menyalahkannya. Itu hak beliau, saya menghormati keputusan itu," ucap ketua umum Partai Demokrat itu.

Dengan begitu, kata SBY, pemerintahannya memiliki dua pilihan, dan keduanya sama-sama berat. Pilihan pertama, tidak menaikkan harga BBM dengan resiko ekonomi negara bisa ambruk. "Namun, jika saya menaikkan, sekitar 20 persen, untuk menyesuaikan harga pasar dengan keuangan negara, kemiskinan pasti akan naik. Rakyat akan menjerit, karena otomatis harga-harga kebutuhan pokok juga bakal ikut mahal," terang SBY.

Akhirnya, SBY memilih opsi kedua, menaikkan harga tetapi dengan mengucurkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat golongan ekonomi bawah. Dua kali SBY menaikkan harga BBM, yakni pada April dan Oktober 2005.

"Awalnya saya bertanya kepada para menteri, apakah dana bantuan sudah disiapkan? Semua penerima sudah terdata? Karena saya ingin bantuan ini tepat sasaran, by name by address. Karena belum siap, kebijakan itu saya tunda tiga minggu," kenang SBY.

Hal tersebut ternyata memancing kritikan dari publik. SBY mengaku banyak yang mengatakan ia ragu-ragu, tidak bersikap tegas, lamban, karena tidak segera menaikkan harga BBM. "Tapi setelah semua siap, harga disesuaikan, bantuan dikucurkan, saya dikritik lagi. Dibilang SBY tidak mendidik rakyat, memanjakan dengan memberi uang," jelasnya.

Padahal, kata dia, itu semua untuk membantu rakyat kecil yang sedang terdampak kenaikan harga. Supaya daya beli mereka tetap terjaga. SBY menegaskan hal itu terbukti, Indonesia berhasil melewati krisis.

"Bahkan ekonomi kita melejit dengan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Pada 2008, Indonesia juga berhasil masuk ke dalam G20, kelompok negara dengan perekonomian besar di dunia," kata SBY.

Itulah kenangan yang paling berkesan bagi SBY selama menjabat presiden selama dua periode. "Saat itu, saya lebih banyak diam. Setiap malam saya dan Ibu Ani jarang sekali tidur, karena memikirkan jalan keluar yang terbaik. Kami lebih banyak berdoa kepada tuhan. Ini benar-benar kondisi yang sulit dihadapi, Alhamdulillah kita bisa melewatinya," ujarnya mengakhiri.

Dalam lawatannya ke Kabupaten Semarang dalam rangka Tour de Jawa Tengah, SBY yang didampingi Ani Yudhoyono sempat singgah di pabrik PT Sido Muncul. Di sana SBY menanam pohon kalpataru, mengunjungi pabrik pembuatan jamu, serta berdialog dengan sejumlah karyawan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement