REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rusia pada Sabtu (14/4), mengajukan rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB, yang akan mengutuk "agresi terhadap Republik Arab Suriah oleh Amerika Serikat dan sekutunya dalam pelanggaran terhadap hukum internasional dan Piagam PBB". Belum ada kejelasan soal kapan pemungutan suara atas rancangan resolusi itu akan dilakukan.
Rancangan itu tampaknya tidak akan memenuhi minimal sembilan suara yang dibutuhkan untuk menekan veto oleh Amerika Serikat, Prancis atau Inggris, kata sejumlah diplomat. Untuk dapat disahkan, resolusi membutuhkan sedikit-dikitnya sembilan suara dukungan dan tidak dikenai veto (penolakan) dari Rusia, China, Prancis, Inggris atau Amerika Serikat.
Jerman akan bergabung dengan Prancis untuk mendorong upaya internasional guna mencapai gencatan senjata di Suriah. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menyampaikan pernyataan tersebut pada Sabtu (14/4).
"Kami akan bekerja sama dengan Prancis untuk menciptakan format internasional negara-negara berpengaruh yang dapat memberikan momentum baru untuk proses politik," kata Maas dikutip dari Reuters, Ahad (15/4).
Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat akan bertemu di London pada Ahad (15/4) untuk membahas langkah-langkah berikutnya setelah serangan udara diluncurkan terhadap Suriah Sabtu pagi. Maas mengatakan, inisiatif itu juga sedang dibahas oleh dewan NATO.
Jerman akan menggunakan hubungan bilateral untuk memastikan Rusia mengadopsi sikap "konstruktif" pada isu itu. Dengan pertemuan bersama, permasalahan senjata bisa diselesaikan.
Pada Sabtu kemarin, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat melakukan serangan udara ke Homs dan Damaskus. Serangan itu dilakukan untuk menghancurkan beberapa fasilitas militer yang diduga menimbun bahan-bahan kimia.