Rabu 18 Apr 2018 17:02 WIB

Prancis Siapkan Dana Bantuan untuk Suriah

Dana dari PRancis akan dialokasikan lewat organisasi nonpemerintah dan badan PBB.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya akan menyiapkan dana sebesar 50 juta euro atau sekitar Rp 850 miliar untuk bantuan kemanusiaan mendesak di Suriah. Hal itu ia umumkan seusai melakukan pertemuan dengan sejumlah organisasi non-pemerintah yang bekerja di Suriah.

"Malam ini saya mengumpulkan organisasi non-pemerintah yang bekerja di lapangan di Suriah. Menghadapi situasi kemanusiaan, Prancis sedang menyiapkan program darurat 50 juta euro," kata Macron melalui akun Twitter pribadinya, dikutip laman Asharq Al-Awsat pada Selasa (17/4).

Kantor kepresiden Prancis mengatakan, dana tersebut nantinya akan dialokasikan kepada organisasi non-pemerintah dan badan-badan PBB yang memberikan pelayanan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah. Adapun organisasi non-pemerintah yang berpartisipasi dalam pertemuan dengan Macron antara lain Action Aid, Handicap International, dan the Red Cross and Care.

Program bantuan kemanusiaan tersebut akan difokuskan di wilayah Idlib yang dihuni 1,2 juta pengungsi. Selain Idlib, Ghouta Timur, sebuah daerah yang hingga kini masih berkecamuk, akan turut mendapat bantuan kemanusiaan.

Pekan lalu, PBB mengatakan mereka berharap mendapatkan bantuan untuk menolong setidaknya 100 ribu warga Suriah yang kini masih tinggal di Ghouta Timur. Menurut kantor kepresidenan Prancis, dana sebesar 50 juta euro yang sedang dipersiapkan, sebagian akan disumbangkan ke Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan.

Akhir pekan lalu, Prancis bersama Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan udara ke Suriah, tepatnya ke kota Homs dan Damaskus. Serangan tersebut dilakukan sebagai respons ketiga negara atas dugaan penggunaan senjata kimia di Douma, sebuah wilayah di Ghouta Timur yang masih dikuasai kelompok pemberontak.

Dalam serangannya, ketiga negara mengincar fasilitas-fasilitas militer yang diyakini menjadi pusat pengembangan senjata kimia Pemerintah Suriah. Namun serangan ini dikecam oleh Pemerintah Suriah dan sekutunya Rusia. Damaskus mengklaim serangan yang dilakukan sekutu merupakan aksi balasan atas kekalahan proksi teroris yang dikendalikan ketiga negara di Ghouta Timur.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement