REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ayahnya membawa al-Qifti ke Kairo. Tempat yang kemudian dikenal sebagai salah satu pusat peradaban. Al-Qifthi yang masih belia, diajari menulis dan membaca. Persentuhan yang menyenangkan dengan dunia tulis dan baca kemudian membawanya ke puncak pencapaian sebagai cendekiawan.
Dua kemampuan tersebut yang telah diajarkan sejak dini kepada Djamal Eddin ibnu al-Qifthi, nama lengkap al-Qifthi, menuntutnya terus berkutat dengan sumber-sumber ilmu pengetahuan. Setelah beranjak dewasa, ia yang lahir di Mesir pada 1172 Masehi, meninggalkan tanah kelahirannya.
Ia melangkahkan kakinya menuju Yerusalem, Palestina, yang juga dikenal sebagai sentra pengetahuan. Akhirnya, ia memutuskan untuk menetap di Aleppo, Suriah, hingga akhir hayatnya, 1248 Masehi. Di sana, ia menjalin hubungan dekat dengan seorang emir, Maymun al-Kasry.
Al-Qifthi menguasai secara mendalam beragam bidang ilmu pengetahuan. Ia membuat jejaring dengan para intelektual. Diskusi dan pertemanan dengan mereka selalu ia lakukan. Melalui jalan ini dan ketekunannya menelaah ilmu, membuat wawasannya kian dalam.
Nama al-Qifthi pun melambung. Ia dikenal sangat ahli di bidang tata bahasa, yurisprudensi, kajian Alquran, tradisi, logika, astronomi, matematika, sejarah, dan kedokteran. Ia pun dikenal sebagai seorang penulis biografi ternama.
Tim penulis Foundation for Science, Technology, and Civilisation (FSTC), Manchester, Inggris, dalam The Scholars of Aleppo, mengungkapkan, salah satu karya biografi ternama tentang para cendekiawan yang ditulis al-Qifthi adalah Kitab Ikhbar al-Ulama bi Akhbar al-Hukama.
Kitab ini diketahui melalui ringkasan yang ditulis oleh seorang cendekiawan bernama al-Zawzani pada 1249 hingga 1250, yang lebih dikenal dengan Tarikh al-Hukama atau sejarah para bijak. Pada masa selanjutnya, karya al-Qifthi itu diedit oleh ilmuwan Barat, Julius Lippert.
Seorang orientalis Spanyol, Casiri, menjadi orang pertama yang membuat karya al-Qifthi itu lebih banyak diketahui publik. Buku ini berisi informasi kehidupan dan karya lebih dari 414 dokter, ilmuwan, dan filsuf Muslim pada masa lampau.
Casiri menyatakan, apa yang diuraikan al-Qifthi dalam bukunya itu sangat substantif. Informasi yang sangat kaya dan bermanfaat. Manuskrip al-Qifthi yang ada di Escurial di Madrid, Spanyol, terdiri atas 500 halaman yang setiap halamannya memiliki 15 garis sarat dengan tulisan-tulisan kecil.