REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa mendesak Rusia dan Iran untuk menekan Suriah agar terlibat dalam pembicaraan damai guna mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama tujuh tahun di negara tersebut. Uni Eropa menilai, Rusia dan Iran selaku sekutu Suriah memiliki tugas untuk mewujudkan hal ini.
"Kami khususnya membutuhkan Rusia dan Iran untuk melakukan tekanan pada Suriah sehingga mereka dapat duduk di meja di bawah naungan PBB," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini pada Rabu (25/4), dikutip laman Al Araby.
Ia mengatakan Uni Eropa menginginkan agar perundingan damai Suriah yang digelar di bawah naungan PBB di Jenewa dapat berlanjut. "Kami percaya bahwa satu-satunya perdamaian yang berkelanjutan untuk Suriah akan dikaitkan dengan proses politik di bawah PBB," ujar Mogherini.
PBB mengatakan tahun ini dibutuhkan dana sekitar 9 miliar dolar AS untuk menunjang misi kemanusiaan bagi para pengungsi Suriah yang tersebar di sejumlah negara di Timur Tengah. Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan Mark Lowock mengatakan pihaknya telah berhasil mengumpulkan setengah dari dana yang dibutuhkan untuk program kemanusiaan pengungsi Suriah. "Kami masih sangat kekurangan sumber daya," ucapnya.
Menurut PBB terdapat 6,1 juta orang yang kini menjadi pengungsi internal di Suriah. Kondisi mereka kian memprihatinkan ketika Presiden Suriah Bashar al-Assad mengintensifkan agresinya terhadap kelompok-kelompok pemberontak, terutama di Ghouta Timur. Adapun mereka yang telah melarikan diri dan mengungsi ke negara-negara tetangga Suriah berjumlah lebih dari 5 juta orang.
Perang Suriah telah berlangung selama tujuh tahun. Perang itu dilaporkan telah menewaskan lebih dari setengah juta warga Suriah.