Ahad 29 Apr 2018 17:51 WIB

Unity Run Tutup Peringatan 63 Tahun Konferensi Asia Afrika

Unity Run merupakan ajang lomba lari yang diikuti peserta dari negara Asia-Afrika.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Bayu Hermawan
Ribuan pelari melakukan start pada acara Unity Run 6.3 K, Asia Africa Week 2018, di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Ahad (29/4).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ribuan pelari melakukan start pada acara Unity Run 6.3 K, Asia Africa Week 2018, di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Ahad (29/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rangkaian acara peringatan 63 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) ditutup dengan Unity Run, yang dilaksanakan di Jalan Asia Afrika Kota Bandung, Ahad (29/4). Unity Run merupakan ajang lomba lari yang diikuti peserta baik dari Indonesia serta negara Asia dan Afrika.

Sebanyak hampir 3.000 peserta ikut lomba lari sepanjang 6,3 km itu. Acara dimulai pukul 06.00 WIB yang dibuka oleh Staf Ahli bidang Multikultural Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti bersama Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Bandung, Muhamad Solihin.

Para peserta berlari mengikuti rute yang telah ditentukan, mulai dari Jalan Asia Afrika, lalu ke Jalan Banceuy, Jalan Braga, Jalan Suniaraja, Jalan Viaduct, Jalan Stasiun Timur, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Wastukancana, Jalan RE. Martadinata, Jalan Merdeka, Jalan Jawa, Jalan Sumatera, Jalan Tamblong dan kembali ke Jalan Asia Afrika. Sepanjang jalan, para relawan telah bersiap menjaga jalur para pelari.

Sesekali, mereka juga memberikan semangat kepada para peserta. Tak hanya itu, 15 petugas kesehatan lengkap dengan 1 mobil ambulance dan 2 ambulance motor pun dikerahkan untuk memastikan tidak ada peserta yang sakit maupun terluka. Solihin mengapresiasi kegiatan lomba lari yang diikuti ribuan peserta ini. Ia pun mengikuti lomba lari dari awal sampai akhir itu juga bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat Kota Bandung.

"Unity run diikuti oleh sekitar 3000 orang. Ini menunjukkan walaupun hadiahnya tidak terlalu besar tapi kalau melihat antusiasme masyarakat yang mengikuti kegiatan ini," kata Solihin.

Menurutnya kegiatan ini bukan hanya sekadar lomba lari dan peringatan KAA belaka. Namun lebih bersifat kebersamaan dalam meningkatkan silaturahmi. "Bahkan kegiatan ini dinilainya harus menjadi agenda tahunan Pemkot Bandung karena saya lihat suasana di sini sangat meriah walaupun sifatnya lebih kepada fun bukan kepada prestasi," ujarnya.

Menurutnya, ajang ini penting untuk membuat warga menjadi lebih bugar dan sehat secara fisik maupun mental. Di tengah kesibukan bekerja dan beraktivitas, warga perlu mengikuti kegiatan rekreatif dan menyehatkan semacam ini. Terlebih lagi, Unity Run juga diikuti oleh negara-negara lain sehingga juga bisa lebih menjalin silaturahmi yang baik dengan negara-negara sahabat.

"Keakraban inilah yang ingin kita bangun, tidak hanya dengan sesama warga Kota Bandung, tetapi juga dengan daerah lain dan mancanegara," ucapnya..

Sebagai ajang internasional, Solihin berharap, seluruh elemen pemerintah maupun masyarakat bisa memanfaatkan even ini dengan sebaik mungkin. Sebabnya, ini merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan Kota Bandung ke dunia luas.

Pada acara sebelumnya, Sabtu (28/4) digelar perhelatan Asia Africa Carnival (AAC) 2018 di sepanjang jalan Asia Afrika Kota Bandung. AAC 2018 yang menjadi puncak acara peringatan KAA ke-63 ini sukses membangkitkan semangat persaudaraan di antara negara-negara Asia dan Afrika.

Sebanyak 2.867 peserta dari 72 kelompok karnaval menyemarakkan ajang tahunan ini.Para peserta tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia tetapi juga dari sejumlah Asia Afrika. Di antaranya, Thailand, Korea Selatan,Bangladesh, Polandia, Slovakia,Tunisia, Ukraina, Tajikistan, Azerbaizan, Jepang, Rusia, Madagaskar, Ceko, Vietnam, Somalia, Tanzania, Uganda, dan Benin.

Setiap negara mempertunjukkan keragaman budaya masing-masing. Thailand menampilkan tarian tradisionalnya dengan kostum yang sangat artistik. Sementara itu, Korea Selatan mempertunjukkan atraksi bela diri taekwondo yang dibawakan oleh para taekwondoin Indonesia.

Peserta dalam negeri tak kalah menarik. Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, membawa serta 22 orang asuhan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat yang menampilkan kostum bertemakan flora dan fauna. Lain halnya dengan Nias yang mementaskan kesenian Pakpak yang merupakan seni beladiri para calon penjaga kampung adat.

Dari Jawa Barat, karnaval dimeriahkan oleh berbagai daerah seperti Majalengka, Subang, dan Ciamis. Majalengka tampil dengan kendaraan hias dan musik yang khas. Sedangkan, Subang membawa serta rombongan Sisingaan. Lalu, Ciamis datang bersama puluhan Bebegig Sukamantri, ikon kabupaten tersebu yang menarik perhatian pengunjung wisatawan.

Solihin bersyukur bahwa hari ini semua orang bisa berbahagia merayakan peringatan Konferensi Asia Afrika di lokasi yang bersejarah ini.Di Gedung Merdeka, para delegasi menyatakan sikap untuk memperjuangkan dan menentang rasisme serta menguatkan kedudukan negara-negara di Asia dan Afrika di mata dunia.

"Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-63 ini adalah momentum penting. KAA tahun 1955 adalah peristiwa paling bersejarah di Kota Bandung, Indonesia dan Asia Afrika. KAA adalah simbol perlawanan terhadap penjajahan dan imperialisme di dunia," kata Solihin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement