Ahad 29 Apr 2018 21:25 WIB

PLN Jelaskan Padamnya Listrik di NTB

Gangguan terjadi pada sistem penyalur daya dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Manajer PLN Area Mataram, Chaidar Syaifullah mengatakan, pemadaman listrik yang terjadi di Lombok pada Sabtu (28/4) disebabkan lantaran adanya gangguan pada sistem kelistrikan Lombok.

"Gangguan terjadi pada sistem penyalur daya dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pringgabaya ke Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (kV)," ujar Chaidar di Mataram, NTB, Ahad (29/4).

Chaidar menjelaskan, saat gangguan terjadi, proteksi sistem kelistrikan akan bekerja secara otomatis memadamkan aliran listrik ke pelanggan. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara pasokan daya dan kebutuhan yang ada. Jika pasokan dan kebutuhan daya yang ada tidak seimbang, maka berpotensi merusak infrastruktur kelistrikan milik PLN dan perangkat kelistrikan milik pelanggan.

Secara teknis, pada sistem pembangkit interkoneksi atau pembangkit yang saling terhubung satu sama lain, jika salah satu pembangkit mengalami gangguan, maka pembangkit yang lain harus memikul beban pembangkit yang terganggu tersebut, karena beban yang berlebih maka pembangkit lainnya juga ikut mengalami gangguan.

"Jika dianalogikan seperti dua orang yang mendayung satu sampan, jika satu orang tidak ikut mendayung maka yang lainnya akan merasa kelelahan akibat beban yang terlalu berat dan akhirnya sampan terbalik dihantam gelombang. Inilah yang terjadi pada sistem kelistrikan Lombok yang sudah interkoneksi," lanjut Chaidar.

Kata dia, untuk proses penormalan pasokan listrik harus memerlukan waktu karena dilakukan secara bertahap. Chaidar menyebutkan, pembangkit besar, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak bisa langsung dihidupkan begitu saja setelah terjadi padam menyeluruh (black out).

Mesin pembangkit ini membutuhkan listrik dari pembangkit lain untuk pembakaran batu bara, memanaskan air (boiler) hingga menjadi uap, memompa oli, membuka valve, menyalakan instrumen elektronik, dan sebagainya. Proses ini membutuhkan waktu hingga 12 jam.

Chaidar menyampaikan, PLTU memerlukan pembangkit lain yang dapat melakukan Black Start atau pembangkit yang berfungsi sebagai penggerak mula (prime movers). Black Start dilakukan oleh generator yang digerakan oleh mesin Diesel yang hanya memerlukan accu atau angin untuk melakukan start engine, yakni PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel). Kemudian setelah PLTD beroperasi dan menghasilkan listrik, lalu dapat memasok ke PLTU barulah sistem Interkoneksi dapat berjalan lagi. Selanjutnya tahap penormalan dilakukan agar pasokan energi listrik dapat tersalurkan sampai ke sisi pelanggan.

Untuk saat ini, PLTU yang memasok sistem kelistrikan Lombok belum dapat beroperasi normal, seperti PLTU Jeranjang dan PLTU IPP Lombok Timur. Perkiraan beban puncak pada Sabtu (28/4) sebesar, 230 MW, dengan perkiraan pasokan daya sebesar 160 MW, sehingga akan menyebabkan pemadaman bergilir (sementara) hingga kedua PLTU tersebut dapat kembali memasok daya ke Sistem Kelistrikan Lombok. Sehubungan kejadian tersebut, PLN mengimbau kepada seluruh pelanggan untuk sementara dapat menggunakan listrik secara efisien.

"Kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang terjadi. Kami juga mohon doa dari seluruh masyarakat untuk kemudahan dan kelancaran proses penormalan tersebut," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement