REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Polisi menahan lebih dari 100 orang pendemo yang dituduh membuat kerusuhan dalam peringatan hari buruh atau May Day di Paris pada Rabu (2/5). Sebuah rekaman video menunjukkan, restoran cepat saji dan dealer mobil dihancurkan oleh para demonstran.
"Sudah lama kami tidak melihat jumlah yang sebanyak ini," kata Kepala Polisi Paris, Michel Delpuech, kepada BFM TV, mengacu pada 109 orang yang ditangkap.
Diperkirakan, 1.200 pengunjuk rasa yang bertopeng dan berpakaian hitam ikut ambil bagian dalam kerusuhan tersebut. Dalam konferensi pers, para pejabat polisi mengatakan, tiga orang ditahan karena menembakkan proyektil dan empat lainnya ditahan karena membawa senjata terlarang.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerard Collomb mengatakan, sekitar 1.500 polisi telah dikerahkan di jalan-jalan untuk memastikan unjuk rasa berjalan dengan damai. "Saya dengan tegas mengutuk kekerasan dan serangan yang dilakukan di sela-sela aksi unjuk rasa serikat buruh pada 1 Mei," kata dia, dikutip CNN.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan, kerusuhan menunjukkan bahwa beberapa orang telah salah mengartikan semangat May Day. "Semua upaya akan dilakukan untuk mengidentifikasi dan meminta pelaku untuk bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka," ujar Macron.
Wali Kota Paris Anne Hidalgo mengatakan, ia mengutuk kerusuhan yang terjadi di Paris oleh ratusan individu bertopeng. Menurut dia, satu-satunya tujuan mereka adalah menabur kekacauan. "Ini mengerikan. Saya memberikan rasa solidaritas saya kepada pemilik toko dan warga yang terkena dampak," ujarnya.
Ribuan warga Paris biasanya selalu ambil bagian dalam pawai tahunan May Day, yang diadakan untuk memperingati Hari Buruh Internasional setiap 1 Mei. Peringatan tersebut berasal dari gerakan kampanye buruh yang dilakukan oleh Socialists and Communists of the Second International pada 1880-an.