Kamis 03 May 2018 22:14 WIB

Perempuan Ramai-Ramai Daftar Pemilihan Parlemen Lebanon

86 kandidat perempuan mendaftar untuk bersaing mendapatkan 128 kursi yang tersedia.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Bendera Lebanon
Foto: bestourism,com
Bendera Lebanon

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon bersiap untuk menghadapi pemilihan parlemen pada 6 Mei mendatang. Agenda itu merupakan pemilihan parlemen pertama Lebanon sejak 2009.

Perdana Menteri Saad al-Hariri, seorang Muslim Sunni, diperkirakan akan tetap berkuasa. Namun Hariri diperkirakan akan kehilangan beberapa kursi untuk saingannya termasuk kandidat yang bersekutu dengan Hizbullah. Salah satunya mantan petinggi militer Lebanon,Jamil al-Sayyed. Menurut Hariri , al-Sayyed merupakan teman dekat Bashar al Assad.

Dilansir Aljazirah, Kamis (3/5), pada pemilihan kali ini, jumlah perempuan yang berpartisipasi juga meningkat pesat. Di Lebanon, jumlah perempuan hanya tiga persen dari total anggota parlemen. Namun pada pemilihan mendatang, 86 kandidat perempuan akan bersaing untuk 128 kursi legislatif Lebanon.

Dari total 976 kandidat yang semula terdaftar, 111 adalah kandidat wanita. Jumlah tersebut meningkat tajam dibandingkan dengan hanya 12 wanita di 2009.

Kondisi itu telah meningkatkan harapan di banyak orang Lebanon tentang partisipasi perempuan dalam politik negara. Banyak masyarakat memuji hal itu sebagai titik balik bagi hak-hak perempuan. Pada masa akhir pendaftaran, sebanyak 583 orang telah mendaftar. Namun, 22 persen perempuan keluar dari pemilihan.

Bagi 86 perempuan yang tersisa, partai politik dan bahkan lembaga media di negara itu dinilau masih belum siap dalam mendukung pencalonan mereka. Menurut studi oleh Maharat, sebuah monitor media yang melacak siklus pemilihan Lebanon, perempuan mendapatkan lebih sedikit waktu siaran televisi daripada kandidat laki-laki.

"Di distrik utara Akkar yang konservatif, sekelompok wanita terpaksa membuat daftar semua wanita karena kelompok-kelompok lokal tidak menganggap serius masalah pencalonan wanita," kata pemimpin kelompok itu, Rola Elmourad.

Seorang peneliti yang mengkhususkan pada partisipasi politik perempuan dalam sejarah Lebanon,Catherine Batruni mengatakan gerakan menyeluruh yang menggugah massa perempuan masih kurang di Lebanon. Menurutnya, ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengubah hal itu. "Perempuan Lebanon bukan hanya tidak setara dengan laki-laki; mereka tidak setara satu sama lain," kata Batruni.

Dalam hal kesetaraan gender, lembaga internasional juga memberi nilai rendah pada Lebanon. Menurut Laporan Pembangunan Manusia 2016, sebuah laporan yang diterbitkan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja adalah 23,5 persen. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan 70,3 persen untuk pria.

Negara itu juga memiliki Indeks Ketidaksetaraan Gender (GII) sebesar 0,381, peringkat 83 dari 159 negara dalam indeks UNDP 2015. Negara tersebut berada di peringkat 137 dari 144 negara pada Global Gender Gap Report 2017, yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF). Adapun terkait pemberdayaan politik, Lebanon menduduki posisi 142.

Secara konkret, angka-angka tersebut menunjukkan hampir tidak adanya perundang-undangan yang melindungi perempuan dari penyalahgunaan semua hal. Selain itu, perempuan juga tidak dilindungi dari kebijakan yang dapat memfasilitasi kemajuan dan perlakuan yang sama. Padahal banyak kelompok perempuan dan organisasi non-pemerintah yang saat ini aktif di negara tersebut.

Kenyataan tersebut tidak terlalu mencengangkan, mengingat ada 18 sekte keagamaan resmi yang diakui di Lebanon. Tidak ada kode sipil yang mengatur masalah status pribadi dan keluarga. Sebaliknya, ada 15 undang-undang "status pribadi" yang berbeda, yang dikelola oleh pengadilan agama yang selaras dengan komunitas beragam negara.

Sebuah laporan 2015 oleh Human Rights Watch (HRW), yang meneliti 447 penilaian hukum baru-baru ini menyebutkan perempuan menghadapi hambatan hukum dan lainnya dalam masalah perceraian, hak-hak keuangan, dan hak asuh anak.

"Itu berarti bahwa 18 wanita Lebanon yang berbeda, dari 18 sekte yang berbeda, semuanya memiliki hak yang sama sekali berbeda dan semuanya diadili di pengadilan yang dijalankan oleh laki-laki dalam sistem yang berpihak pada laki-lai," kata Batruni.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement