REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Hidayat Nur Wahid (HNW) turut hadir pada aksi solidaritas "Indonesia Bebaskan Al Quds" di area Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Jumat (11/5). Bahkan, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu memberikan orasinya di depan ratusan ribu peserta aksi. Dalam orasinya, dia mengatakan, Indonesia tidak akan pernah dan jangan berharap membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
"Bahkan Bapak Proklamator Bung Karno menentang keras penjajahan Isarel terhadap Palestina. Ketika itu Bung Karno menegaskan tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel jika masih ada penjajahan," kata HNW menegaskan di Monas, Jakarta Pusat, Jumat (11/5).
(Baca Juga: Peggy: Kita Bangkit Bersama Bebaskan Alquds)
Hidayat menambahkan, aksi ini adalah kelanjutan dari bukti kepedulian umat Islam Indonsia dari latar belakang yang beda-beda kepada Palestina. Aksi ini mendorong Pemerintah Indonesia untuk melakukan kewajibannya dengan lebih serius dan tegas lagi. Sebab, persoalan Palestina ini makin hari makin membutuhkan perhatian yang lebih serius lagi.
"Apalagi Donald Trump sudah mengabaikan suara masyarakat dunia yang disampaikan dari sidang PBB UNESCO maupun dari demo-demo di dunia. Karenanya, beragam upaya legal yang bisa dilakukan akan dilakukan," katanya menambahkan.
Menurut Hidayat, aksi ini juga dilakukan kembali karena Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan juga memindahkan posisi kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Ini tentu, kata Hidayat, sangat membahayakan masa depan perdamaian di Timur Tengah (Timteng) dan Palestina pada masa depan.
"Tanpa dijadikan al-Quds sebagai ibu kota saja, kondisi al-Quds seperti itu. Israel sudah semena-mena, apalagi dijadikan ibu kota," katanya menerangkan.
(Baca Lagi: Catat, Ini Rekayasa Lalu Lintas Saat Aksi Bela Alquds)
Dia menyatakan pihaknya mendukung upaya seperti ini, yaitu upaya damai, tetapi tetap kritis terbuka dan demokratis serta diterima di masyarakat internasional. Dia berharap aksi ini membuka mata dunia dan bersama-sama membantu al-Quds. Dia mengatakan, posisi Indonesia melanjutkan posisi yang sudah ada, yaitu mendukung Palestina dan menolak Donald Trump.
"Kita dengan suara yang lantang dan massa yang memadai mem-pressure pemerintah untuk melakukan perannya karena peran Indonesia sangat diterima di dunia," kata Hidayat.