Selasa 15 May 2018 16:33 WIB

Ganti Premium, ESDM: Pertalite Dikuras Dulu

BPH Migas mencatat ada 1.900 SPBU di wilayah Jamali tak menyediakan Premium.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas memegang nozzle seusai mengisi kendaraan konsumen dengan BBM jenis Pertalite di SPBU Cikini, Jakarta, Selasa (3/4). Badan Pusat Statistik memperkirakan kenaikan harga Pertalite sebesar Rp200 per liter pada 24 Maret lalu akan menaikan laju inflasi nasional pada April 2018.
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Petugas memegang nozzle seusai mengisi kendaraan konsumen dengan BBM jenis Pertalite di SPBU Cikini, Jakarta, Selasa (3/4). Badan Pusat Statistik memperkirakan kenaikan harga Pertalite sebesar Rp200 per liter pada 24 Maret lalu akan menaikan laju inflasi nasional pada April 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto (Joksis) mengatakan, perlu adanya upaya penggantian nozel yang selama ini dipakai untuk Pertalite ke Premium. Sebab, sekitar 2.000 lebih SPBU yang ada di Jawa saat ini memang tidak menyediakan nozel Premium.

Joksis mengatakan, nantinya setelah perpres resmi diteken presiden maka pihak Pertamina akan langsung menambah pasokan Premium. Namun, memang nozel-nozel yang selama ini dipakai untuk Pertalite harus lebih dulu dihabiskan. "Pertalite dihabiskan dulu, terus dikuras dulu," ujar Joksis di Hotel Bidakara, Selasa (15/5).

Joksis berharap proses ini bisa segera dilakukan. Selain masih menunggu tanda tangan revisi perpres, Joksis juga berharap pergantian isi nozel bisa selesai sebelum musim mudik Lebaran tiba. "Kita berharap sebelum Lebaran. Seminggu sebelum Lebaran sudah ada Premium semua," ujar Joksis.

BPH Migas mencatat, 1.900 SPBU yang berada di wilayah Jamali (Jawa, Madura, dan Bali) tidak menyediakan Premium lagi. Padahal, jumlah SPBU yang ada di Jamali saat ini tercatat ada 3.900 SPBU.

Kepala BPH Migas Fansuruallah Asa mengatakan, BPH Migas akan memanggil Pertamina untuk membahas kuota Premium pada Rabu (16/5). Saat ini paling tidak, kata Ifan, akan ada kuota sebesar 12,5 juta kiloliter untuk Premium.

Dari 12,5 juta kiloliter ini, untuk luar Jamali sebesar 7,5 juta kiloliter. Kemudian, tambahan 5 juta kiloliter untuk memasok kebutuhan Jamali. Kuota untuk Jamali diambil dari realisasi penjualan Premium pada tahun lalu.

"(Sebesar) 12,5 juta kl ini minimal. Makanya besok kami hitung bersama Pertamina. Kan ada juga aspek pertumbuhan ekonomi dan lain-lain," ujar Ifan di Hotel Bidakara, Selasa (15/5).

Diskusi ini, kata Ifan, lebih dulu dilakukan untuk bisa memberikan waktu kepada Pertamina agar menyiapkan stok sebelum revisi Perpres Nomor 191 Tahun 2014 diteken oleh presiden. Saat perpres keluar, harapannya Pertamina sudah bisa menyalurkannya. "Jadi, kita bahas sekarang, perkiraan berapa pasokannya. Ya, kalau gambaran hari ini paling tidak, minimal 12,5 juta kiloliter," ujar Ifan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement