Sabtu 19 May 2018 06:09 WIB

Din Syamsudin Dukung Petisi Tolak Alquran Jadi Barbuk

Alquran itu kita suci umat Islam yang seharusnya berada di kediaman orang Muslim.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andi Nur Aminah
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban - Din Syamsuddin
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban - Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin mendukung petisi penolakan Alquran dijadikan sebagai barang bukti. "Ya sebaiknya janganlah (Alquran jadi barbuk, Red). Saya setuju Alquran jangan jadi bahan bukti, saya setuju," kata Din di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (18/5).

Ia mengatakan, Alquran merupakan kita suci umat Islam yang seharusnya berada di kediaman orang Muslim. Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengaku masih perlu mengkaji lebih dalam terkait hal ini. Ia pun mempertanyakan tujuan jika Alquran dijadikan sebagai barang bukti.

"Saya juga masih mengkaji dulu. Yang jelas kepentingannya untuk apa? Kalau untuk barang bukti, sitaan, saya kira kita lihat dulu," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan.

Kendati demikian, ia mengaku masih belum dapat memberikan komentarnya lebih mendalam terkait hal ini. "Kalau pakai sumpah di atasnya ada Alquran saya kira enggak apa-apa karena itu sudah dari dulu. Tapi kalau Quran sebagai barang bukti, tergantung Quran nya, kalau Qurannya bernilai ekonomi tinggi lain lagi," katanya.

Seperti diketahui, muncul sebuah petisi yang berjudul 'Alquran Bukan Barang Bukti Kejahatan' di situs change.org. Petisi itu meminta agar kitab suci Alquran tidak dijadikan sebagai barang bukti oleh polisi dalam tindak pidana terorisme. Petisi ini ditujukan kepada Kapolri, Komnas HAM, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Jaksa Agung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement