Senin 28 May 2018 07:11 WIB

Zulkifli: Umat Islam Berpotensi Besar Jadi Pemimpin

Muslim tak cukup hanya belajar agama, tapi juga politik hingga teknologi.

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan.
Foto: MPR
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua MPR RI menilai umat Islam yang merupakan mayoritas di Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk menjadi pemimpin nasional serta mampu membangun bangsa dan negara yang kuat.

"Umat Islam di Indonesia untuk menjadi besar dan kuat, tidak cukup hanya belajar ilmu agama, tapi juga harus menguasai ilmu politik, ekonomi, dan teknologi," kata Zulkifli Hasan, saat mengisi ceramah pada Shalat Tarawih di Masjid Al Lathif, Cihapit, Bandung, Jawa Barat pada Ahad (27/5) malam. Shalat Tarawih tersebut dihadiri hampir seribu jemaah warga Kota Bandung dan umumnya berusia muda.

Menurut Zulkifli, dalam perkembangan zaman yang semakin modern saat ini, umat Islam dituntut untuk mampu mengembangkan potensi diri, guna memenangkan persaingan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Ia berpendapat, dengan ilmu yang lengkap tersebut, umat Islam dapat menjadi pemimpin nasional serta dunia yang sasarannya dapat meningkatkan derajat dan kesejahteraan umat.

Pada kesempatan tersebut, Zulkifli mencontohkan, kondisi umat Islam pada era Nabi Muhammad SAW yakni terus dibangun dan disebarkanluaskan oleh Nabi Muhammad SAW.

"Umat Islam dikembangkan oleh Nabi Muhammad dari sebuah masjid kecil pada saat itu, yakni Masjid Nabawi di Madinah," katanya lagi.

Zulkifli menjelaskan, dengan kegigihannya Nabi Muhammad membangun Islam, yang kemudian semakin membesar seperti bola salju hingga menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Para era Nabi Muhammad, kata dia, sahabat-sahabat Nabi Muhammad telah memiliki keahlian sebagai saudagar atau ahli ekonomi, pemimpin negara atau ahli politik, serta ilmuwan. "Apalagi saat ini, umat Islam harus memiliki ilmu yang lengkap," katanya pula.

Menurut dia, dengan ilmu yang lengkap, baik ilmu politik, ekonomi maupun teknologi, maka umat Islam dapat mengkapitalisasi kekuatannya untuk menjadi pemimpin.

Sebelumnya, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Komaruddin Hidayat memandang untuk membangun Poros Islam Kebangsaan harus dimulai dari individu yang kuat dan memiliki akar dalam kehidupan publik.

Dalam konteks bernegara, sekalipun pilar agama militan, kalau pilar sains dan pranata sosial lemah, negara pasti lemah. Ekonomi lemah, kualitas pendidikan dan demokrasi sulit bersaing.

"Umat Islam punya saham politik yang besar dalam berdirinya republik ini. Yang paling banyak pahlawannya dan orang yang berjuang itu umat Islam. Logis jika umat Islam minta jatah yang banyak," ujarnya, Sabtu (24/3).

Ia menambahkan, menghadapkan Islam dan kebangsaan perlu dipertimbangkan dalam waktu dan konteksnya karena semua partai sadar bahwa tanpa dukungan Islam, mereka tidak akan menang karena umat Islam sangat besar jumlahnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement