REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Astronom Uni Emirat Arab telah dengan tepat menghitung awal bulan Suci Ramadhan pada 17 Mei dengan waktu puasa melebihi 13 jam dalam sehari. Pada Sabtu (2/6), astronom Ibrahim Al Jarwan yang merupakan wakil direktur jenderal Pusat Sharjah untuk Astronomi & Ilmu Luar Angkasa membuat pengumuman waktu Idul Fitri.
Ia menyampaikan 1 Syawal akan jatuh pada 15 Juni sehingga bulan Ramadhan berjumlah 29 hari. Bulan baru Syawal yang menyusul Ramadhan diperkirakan akan muncul pada hari Rabu, 13 Juni sekitar pukul 11:43 waktu UEA.
"Bulan baru akan dipantau setelah matahari terbenam Kamis, 14 Juni, dan dipastikan terlihat pada Jumat, 15 Juni, dan itu akan menjadi hari pertama Idul Fitri sesuai perhitungan astronomi," kata dia dilansir Khaleej Times.
Al Jarwan mengatakan suhu diperkirakan sekitar 41 derajat Celcius selama Juni. Sementara suhu minimum diperkirakan mencapai 26 derajat celcius. Wilayah ini akan dipengaruhi oleh angin panas setiap 10 hari hingga 14 hari, dengan suhu naik 3-5 derajat di atas normal selama 2-5 hari selama musim panas dari Juni hingga akhir Agustus.
Saat menentukan awal bulan suci Ramadhan, ia juga memperhitungkannya. Saat itu ia mengatakan bulan baru Bulan Suci Ramadhan 'lahir' pada hari Selasa, 15 Mei sekitar pukul 3.48 sore waktu UEA, dan menghilang dua menit sebelum matahari terbenam pada malam yang sama.
"Tidak mungkin untuk melihat bulan baru setelah matahari terbenam di UAE, bulan akan tetap terlihat selama satu jam dan 16 menit saat matahari terbenam," katanya.
Namun, bulan baru pasti akan terlihat setelah matahari terbenam Rabu 16 Mei. Dengan demikian, Kamis, 17 Mei menjadi hari pertama Ramadan sesuai perhitungan astronomi.
Periode puasa akan berlangsung 13,25 jam pada awal Ramadhan. Jam puasa kemudian akan meningkat menjadi 13,42 jam dan mencapai 15 jam pada akhir bulan.
UEA mengawali Ramadhan pada hari yang sama dengan Indonesia dan sebagian besar negara Muslim lainnya. Sehingga kemungkinan akan merayakan Idul Fitri pada hari yang sama pula.