REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Warga Korea Utara (Korut) terlihat antusias saat tersiar kabar pemimpin mereka, Kim Jong-un, telah tiba di Singapura untuk melakukan pertemuan bersejarah dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Berita tentang Kim bahkan berada di halaman depan surat kabar yang dikelola Pemerintah Korut, pada Senin (11/6).
Pertemuan Trump-Kim di Singapura juga menjadi berita utama dalam siaran berita Korea Central Television di pagi hari. Bagi banyak warga Korut, saluran TV itu adalah satu-satunya saluran yang tersedia.
Orang-orang berkerumun di sekitar poster yang ditempel di stasiun kereta bawah tanah di ibu kota Pyongyang untuk membaca berita. Mereka juga berkumpul di siang hari di depan stasiun kereta utama kota untuk menyaksikan berita di layar besar, yang menunjukkan Kim turun dari pesawat khusus Air China yang membawanya ke Singapura.
Sebuah laporan yang disampaikan Korea Central News Agency (KCNA) mengatakan, dalam KTT tersebut kedua pemimpin negara itu akan melakukan pembicaraan yang luas dan mendalam. KCNA juga mencatat, pertemuan itu diadakan di bawah perhatian dan harapan besar dari seluruh dunia.
Kecepatan media Pemerintah Korut dalam menyampaikan berita tentang kedatangan Kim di Singapura ke publik Korut menunjukkan tingkat keyakinan tertentu bahwa pertemuan akan berjalan dengan baik. Bagi warga Korut, Kim Jong-un telah mencapai posisi setara dengan presiden AS, sebuah prestasi yang belum pernah dicapai ayah dan kakeknya.
"Ketika saya bangun pagi ini saya melihat berita di surat kabar bahwa pemimpin terhormat kami pergi ke Singapura untuk KTT Korea Utara-AS. Saya tahu Singapura adalah negara yang sangat panas jadi saya berharap pemimpin terhormat kami tetap sehat dan dapat kembali dalam keadaan sehat," kata Han Il-gwang, warga Pyongyang.
Korea Utara telah memberikan penawaran diplomatik mendadak kepada para negara tetangganya dan juga kepada AS. Liputan media Pemerintah Korut menunjukkan, pertemuan Kim dengan Trump akan difokuskan pada jalinan hubungan baru yang lebih selaras.
Kemungkinan besar Korut sebagai negara nuklir akan menyatakan keinginannya untuk membahas mekanisme yang akan memastikan perdamaian abadi di Semenanjung Korea, yang akan berakhir pada denuklirisasi.
Baca: Korea Utara Dilaporkan Undang Donald Trump ke Pyongyang